SuaraBanyuurip.com – d suko nugroho
Bojonegoro -Â Belajar Bahasa Inggris langsung dengan warga negara asing (WNA) tentu terasa berbeda. Hal inilah yang dirasakan pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5 Bojonegoro, Jawa Timur.
Sekolah yang berada di Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, itu berkesempatan belajar bahasa asing dengan penutur asli Bahasa Inggris dari Kanada. Dalam kesempatan tersebut para siswa begitu interaktif ketika diajak bercerita, bermain, dan berbincang dalam Bahasa Inggris.
Kegiatan bertajuk Hari Ceria Berbahasa Inggris ini diselenggarakan oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), operator migas Blok Cepu.
“English fun day ini laboratorium untuk belajar bahasa Inggris kalian, mumpung ada pak Paul Kent ini native speaker,” ucap Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro, Hanafi di depan para siswa, Rabu (3/8/2016) kemarin.
Hanafi mengatakan, program semacam ini perlu terus dilakukan. Menurut dia, siswa akan terbiasa dan mudah memahami bahasa jika dilakukan secara bersama-sama. Apalagi ditemani oleh penutur asli.
“Kita belajar bahasa inggris ini tidak boleh takut salah. Walaupun kita bahasa ibunya jawa atau bahasa indonesia, english day ini wadah kalian untuk mengasas kemampuan berbahasa kalian,” tuturnya memotivasi.
Kepala sekolah, Suyono menyampaikan terima kasih kepada EMCL yang memperhatikan sekolahnya. Dia mengaku SMK 5 sebagai sekolah baru yang butuh perhatian semua pihak.
“Kami masih sekolah baru, tapi kami berharap akan ada perkembangan lebih sehabis ini,” ungkapnya.
Suyono berharap, pihak-pihak lain terutama industri yang kini berkembang di Bojonegoro mau memperhatikan sekolah kejuruan lokal yang dia yakini mampu menyuplai tenaga terampil siap pakai. Dia sadar bahwa sinergi antara dunia akademik dengan dunia usaha akan menghasilkan pembangunan berkelanjutan.
 “Kita optimis, sekolah kejuruan masih sangat dibutuhkan di dunia usaha yang ada di Bojonegoro,” tukasnya.
Selama kegiatan, para siswa diajak berdiskusi melalui berbagai permainan dan kuis oleh Paul Kent, ekspat asal Kanada yang juga Manajer Aset EMCL. Di dampingi dua engineer lokal, dia juga berbagi tentang keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.Â
“Keselamatan itu penting,” ucap dia dengan bahasa Inggris aksen Kanadanya.
Sedangkan engineer asal Cepu, Zadina Rahmadani dan Dadang Tarihoran bercerita bagaimana mereka awalnya belajar bahasa Inggris. Mereka juga menceritakan pengalaman ke luar negeri dan bisa berinteraksi dengan bangsa lain menggunakan bahasa Inggris. Kemampuan bahasa Inggris tersebut membawa mereka bisa bekerja di perusahaan multi nasional.Â
Kegiatan-kegiatan tersebut mampu memotivasi para siswa untuk berani bicara. Tidak sedikit dari siswa berani tampil berbahasa Inggris di depan teman-temannya.
“Program ini bagus untuk meningkatkan kemampuan bahasa inggris di sekolah ini,” ungkap Dhisa, murid kelas 10Â jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian.(suko)