Citarasa Jazirah Arab Dalam Semangkuk Bubur Muhdor

bubur muhdhor2

Warga keturunan Arab memiliki tradisi di saat bulan suci. Bubur Muhdor menjadi menu khas berbuka puasa yang membumi di Tuban.

Sejumlah lelaki keturunan Arab yang ada di lingkungan masjid Muhdor, di Jalan Pemuda Tuban mempunyai tradisi unik selama bulan suci Ramadhan. Mereka biasa menyediakan bubur khas dari jazirah Arab, di Timur Tengah, yang disajikan secara gratis sebagai menu berbuka puasa untuk masyarakat.

Cara pembuatan bubur ini sederhana. Beberapa bumbu rempah-rempah dicampur dengan santan kelapa dan diaduk menjadi satu dengan beras dan daging kambing. Sehingga aroma khas seperti gulai tercium saat bubur ini mulai dipanaskan, sembari diaduk dalam sebuah wadah yang besar.

Tapi ada hal lain yang membuat bubur ini unik. Yaitu pembuatnya adalah sekumpulan pria keturunan Arab. Mereka selalu memulai aktivitasnya ini sejak pukul dua siang. Dengan sesekali berguarau kepada wartawan mereka dengan sabar bergantian mengaduk bubur yang diperuntukkan untuk masyarakat luas ini.

Tradisi pembuatan bubur yang dinamakan sama dengan masjid tempat bubur dibuat. Yakni bubur Muhdor. Tradisi ini mulai dikenal luas sejak kisaran  tahun 1932 silam, meskipun tak ada yang menjelaskan secara pasti sejak kapan tradiis ini dilakukan warga keturunan tersebut.

Baca Juga :   Bendera Merah Putih Ukuran 45 Meter Akan Dikibarkan di Wisata Puthuk Kreweng

Dari generasi ke generasi warga disana mempertahankan tradisi ini, secara turun temurun hingga sekarang. Termasuk cita rasa kare dan gulai khas masakan Timur Tengah ini tak pernah berubah hingga sekarang.

”Bubur ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu, menurut orang tua kita dulu ini dibuat untuk memberikan buka puasa kepada warga yang kurang mampu. Karena tradisi ini dianggap baik maka dilaksanakan terus menerus hingga sekarang,” ujar pengurus masjid Muhdor, Agil Al Bunumay, saat ditemui di kompleks masjid Muhdor, Sabtu (28/7/2012) sore.

Selanjutnya karena masyarakat banyak yang berminat. Maka bubur ini tidak hanya diperuntukkan untuk warga yang tidak mampu saja. Namun warga lain yang ingin menikmati kekhasan bubur ini pun diperbolehkan untuk turut mengantri setiap pukul lima sore menjelang buka puasa.

Beberapa warga yang ditemui saat mengantri mengakui bubur ini selalu ada setiap bulan puasa. Warga juga mengatakan dia turut mengantri karena memang rasa dari bubur ini khas. Dan selama ini dia belum pernah menemukan ada pedagang bubur yang menjual bubur seperti ini.

Baca Juga :   New Citra Rupa Persembahkan Karya 16 Pelukis Bojonegoro di Gedung PCK

“Kalau mau merasakan ya harus antri, karena tidak ada yang jual,” ujar Arif (29), warga Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Kota Tuban.

Selain karena rasa, bubur Muhdor banyak peminat karena warga merasa nyaman berbuka bersama-sama dengan warga lain. Sehingga seperti tidak ada pembedaan status sosial sama sekali saat bubur ini dibagikan. Baik itu dari kalangan bawah, menengah hingga atas harus mengantri untuk mendapat jatah yang sama.

Cara pembuatan bubur Muhdor ini yaitu, beras dicampur dengan air kemudian dimasukkan ke dalam kuali kuningan besar yang diletakkan di atas tungku. Selanjutnya saat beras mulai melunak dimasukkan rempah-rempah, semacam bumbu gulai, yang sebelumnya telah dicampur dengan perasan air santan kelapa dan daging.

Campuran rempah-rempah dan bumbu inilah yang menjadikan bubur mempunyai cita rasa. Rata-rata setiap hari mereka menghabiskan 15 butir kelapa dan 30 kilo gram beras untuk memasak bubur ini. (edp)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *