Derita Balita dari Keluarga Miskin

SuaraBanyuurip.comEdy Purnomo

Potret kemiskinan kembali terpampang di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Abdul Malik (3), balita penderita gizi buruk ini menambah daftar panjang jumlah penderita gizi buruk di Bumi Wali.

Wajahnya tampak pucat terbaring lemas di Kamar Melati kelas III A Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr R Koesma Tuban. Tubuhnya kurus tak bertenaga. Sesekali terdengar rintih tangisan keluar dari mulut mungilnya. Erangan seperti ingin mengatakan rasa sakit yang luar biasa.  

Dia adalah Abdul malik, balita yang diduga menderita gizi buruk asal Desa Ngandong, Kecamatan Grabakan, Tuban.

Di samping balita itu, tampak seorang ibu memandang sayu. Tatapan matanya nanar menggambarkan kepasrahan. Ia adalah Marpi, ibu Abdul Malik, yang setia menunggui buah hatinya siang malam.

“Kondisinya sudah mulai menurun sejak berusia 1 tahun,” kata Marpi (34), dengan suara datar, Sabtu (29/3/2014).

Abdul Malik mulai merasakan sakit pada usia 1 tahun. Mendadak suhu tubuh bocah itu panas. Setelah itu, dia kerap sakit-sakitan hingga tubuhnya terlihat semakin kecil dan kurus.

Baca Juga :   Candi Tempat Ritual Meminta Kesuburan

“Kemudian sekarang (usia 3 tahun ) tidak bisa apa-apa lagi, hanya bisa menangis kalau merasa kesakitan,” jelas Marpi.

Selama ini Abdul Malik tidak mendapatkan perawatan seperti anak pada usia umumnya. Himpitan ekonomi keluarga menjadikan balita itu dirawat seadanya. Terlebih setelah suami Murpi meninggal setahun lalu akibat sakit. Tepatnya ketika usia Abdul Malik menginjak 2 tahun.

Mirisnya lagi, selama ini keluarga Marpi hidup dari mengandalkan belas kasihan tetangga. Setelah suaminya meninggal, dia hanya tinggal bersama dengan kakek dan nenek dari Abdul Malik yang sudah berusia lanjut. Keduanya sudah tidak mampu lagi mencari kebutuhan sehari-hari.

“Kakek-neneknya sudah tua, saya juga tidak mungkin meninggalkan anak. Untungnya masih banyak tetangga yang baik hati,” kata Marni mencoba menyembunyikan kesedihannya.

Kasubbag Hukum dan Humas RSUD Dr R Koesma Tuban, Siswanto, ketika ditemui sejumlah wartawan mengatakan, kalau Abdul Malik mulai berobat ke rumah sakit sejak tanggal 24 Maret 2014 lalu. Anak yatim itu  dirawat menggunakan fasilitas Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM).

Baca Juga :   Pangkah Wetan Menjelma Jadi Wisata Mangrove Muara Bengawan Solo

“Sehingga rumah sakit tidak menerima biaya apapun,” kata Siswanto.

Selain itu, pihak rumah sakit juga menyediakan makan kepada keluarga pasien selama perawatan supaya dapat meringankan beban selama pasien dirawat.

“Kami juga menyediakan makanan untuk yang menunggui pasien, kami utamakan dulu kesembuhan pasien,” tandasnya.

Kendati demikian, Abdul Malik tampaknya masih memerlukan uluran tangan kasih dari sesama. Meski sekarang dia mendapatkan pengobatan dan perawatan gratis, tapi tetap membutuhkan biaya lain setelah nanti pulang ke rumah.(edp)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *