Dewan Riset Daerah Blora Soroti STTR Cepu

Dewan Riset Daerah Blora Soroti STTR Cepu

SuaraBanyuurip.com – Ahmad Sampurno

Blora – Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe (STTR) Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, mendapat sorotan Dewan Riset Daerah (DRD) setempat. Lembaga pendidikan yang berdiri sejak tahun 1985 tersebut dinilai tidak ada perkembangan siginifikan.

“STTR harus berbenah diri untuk bisa maju kedepan layaknya perguruan tinggi swasta yang baik,” tegas Ketua Dewan Riset Daerah (DRD) Kabupaten Blora, Djati Walujastono baru-baru ini.

Sebagai Ketua DRD, Djati prihatin dengan kondisi STTR yang sekarang ini tidak berkembang.

“Perlu dibenahi dan intervensi baik dari pihak internal maupun dari pihak eksternal, agar STTR bisa berkembang dengan baik,” sarannya.

Menurut Djati, pihak internal misalnya pembina, ketua yayasan, direktur STTR dan jajarannya, serta senat.

“Sedangkan pihak eksternal misalnya Pemkab dan DPRD Blora,” imbuhnya. 

Dia menambahkan, pembenahan bertujuan demi kebaikan STTR. Karena STTR adalah milik masyarakat Blora, khususnya Cepu. Bukan milik yayasan yang selama ini mengelolanya.

“STTR perlu kreatif dan inovasi sebagai perguruan tinggi yang berbasis teknologi masa depan,” tambahnya.

Baca Juga :   Ini Penyebab Pagu SMPN di Bojonegoro Tak Terpenuhi

Sekarang ini, STTR berakreditasi institusi masih C, sedangkan D3 Teknik Mesin dan S1 Teknik Sipil berakreditasi B.

“Sebagai perbandingan, Universitas Tidar atau UNTIDAR Magelang yang didirikan tahun 1980, dan pada tahun 2011 berubah menjadi PTN,” tutur Djati.

Jika dibandingkan PTS yang lebih muda yaitu Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara yang berdiri tahun 1989, sekarang sudah berakreditasi institusi B dan mempunyai 19 program studi.

“Kenapa STTR perkembangannya tidak begitu signifikan? Berarti ada yang salah dan tidak beres. Apakah itu karena sistemnya atau pengelolanya? Atau pengambil kebijakan dan yayasannya?” ujarnya penuh tanya.

Menanggapi itu, Ketua STTR Cepu, Agus Darwanto ketika ditemui di kantornya, justru mempertanyakan dari sisi mana DRD melihat STTR tidak berkembang. Kalau dibandingkan dengan UNTIDAR dan UNISNU, dia mengkui memang tertinggal.

“Karena mereka punya jaringan,” kata dia saat berbincang di ruang kerjanya. 

Agus menjelaskan tentang kelebihan dan kekurangan lembaga yang dipimpinnya.

“Kekurangan kita adalah hubungan jejaring dengan industri, itu saja. Selebihnya STTR tetap berkembang,” jelasnya di hadapan awak media.

Baca Juga :   EMCL-YKIB Bangun Aula Belajar Desa Beged

Pihaknya kembali mempertanyakan DRD yang tiba-tiba menyoroti perguruan tinggi yang dulu bernama ATR tersebut.

“Kami tidak pernah diundang DRD. Mereka juga tidak pernah datang ke sini membahas tentang STTR. Mengapa tiba-tiba menyoroti? Ada apa dengan DRD?” ujarnya penuh tanya. 

Agus juga mengaku heran jika lembaganya dituding tidak beres. Karena setiap tahun STTR diaudit dari auditor dari Semarang.

“Dari kaca mata mana DRD menganggap kami tidak beres? Lalu, tidak beres apanya? Kalau ada yang tidak beres, tentu pihak yayasan juga tahu,” ujar Agus. (ams)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *