SuaraBanyuurip.com – Ririn Wedia
Bojonegoro – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur, menyampaikan, jika pembangunan trotoar sudah tidak layak bagi pejalan kaki utamanya kaum Diffabel.
“Diffabel atau tuna netra selama ini tidak bisa menggunakan trotoar dengan nyaman karena terbuat dari paving,” kata Asisten I Bagian Hukum dan Pemerintahan, Joko Lukito, saat menemui demonstran di Pendopo Malowopati, Kamis (14/11/2019) kemarin.
Sehingga, dengan pembangunan trotoar yang ramah diffabel nantinya akan membuat masyarakat nyaman berjalan kaki, dengan desain bergaris.
“Nah, karena lebar bahu jalan juga sudah sempit. Akhirnya mau tidak mau, pohon harus ditebang,” tukasnya.
Namun, penebangan pohon itu tidak bisa serta merta dilaksanakan. Harus berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) karena banyak komitmen yang diberlakukan bagi kontraktor yang menebang pohon tersebut.
“Misalnya, menebang satu harus diganti berapa pohon lainnya,” tegasnya.
Pihaknya menyatakan, pohon-pohon yang akarnya telah terpotong sekarang ini memang harus ditebang. Karena, pasti akan membahayakan. Ini menjadi evaluasi bersama sehingga, segera berkoordinasi dengan Dinas Permukiman, Kawasan Perumhan dan Cipta Karya.
“Kontraktor pelaksana memang harus bertanggung jawab,” pungkasnya.
Sebelumnya sebanyak kurang lebih 75 orang wanga bersama anggota Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Angling Dharma melakukan aksi unjuk rasa minta kepada Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, meminta agar memberikan rasa aman dan tdak membahayakan nyawa masyarakat Bojonegoro akibat pekerjaan perbaikan gorong-gorong dan trotoar.(rien)