Ratusan Guru K2 Blora Mogok Ngajar

Ratusan Guru K2 Blora Mogok Ngajar

SuaraBanyuurip.com - Ahmad Sampurno

Blora – Ratusan guru honorer kategori (K2) di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, melakukan aksi libur masal selama seminggu mulai Senin (17/9/2018) kemarin. Aksi ini sebagai bentuk reaksi penolakan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi (Permen PAN- RB) Nomor 36 Tahun 2018 yang membatasi usia maksimal 35 tahun bagi peserta tes calon pegawai negeri sipil (CPNS).

Ketua Forum Honorer K2 (FHK2) Blora, Supardi mengatakan, aksi libur mengajar diikuti hampir 500 guru honorer K2 di Kabupaten Blora.  Aksi tersebut sebagai bentuk kekecewaan mereka atas keluarnya Permen PAN-RB mengenai batasan usia bagi peserta tes CPNS tahun 2018.

“Perlu ditekankan aksi kita ini bukan mogok, tapi minta ijin libur. Surat ijin juga sudah kami serahkan ke kepala sekolah. Intinya kami ingin menenangkan diri dulu, karena kami semua stres atas dikeluarkannya permen nomor 36 tahun 2018 tersebut,” kata Supardi di Kantor PGRI Blora Jalan Gatot subroto. 

Dijelaskan,  jumlah tenaga honorer K2 di Kabupaten Blora mencapai 1003 orang. Mereka bekerja di sejumlah dinas dan sebagai tenaga pendidik di sejumlah sekolah. Rata-rata mereka sudah mengabdi di atas 15 tahun. 

Baca Juga :   SMKN 2 Bojonegoro Buka Posko Pengambilan PIN PPDB

“Ini yang libur hanya guru saja, semuanya tidak mengajar. Kalau yang di dinas tetap masuk biasa,” terangnya.

Aksi libur mengajar dilakukan para guru honorer dengan berkumpul di Kantor PGRI Blora. Mereka mencoba menenangkan diri dan melakukan konsolidasi langkah-langkah yang akan diambil selanjutnya. 

“Kami butuh istirahat dulu, biar tenang. Nanti setelah seminggu ada keputusan dari pemerintah kita baru akan mengajar kembali,” pungkasnya.

Menanggapi adanya aksi libur masal itu, Kepala UPT TK SD Kecamatan Sambong, Tarmidi menyatakan, aksi libur mengajar oleh guru K2 ini tidak berpengaruh terhadap aktivitas di lembaga pendidikan di wilayahnya. Sebab, mulai Senin sampai sepekan kedapan tengah dilaksanakan ujian tengah semester (UTS).

“Ya sebenarnya tidak ada pengaruh. Karena sedang ada UTS,” ujarnya. 

Di wilayahnya, hanya ada delapan guru SD yang berstatus K2.

“Sebenarnya tidak perlu melakukan aksi seperti itu,” pungkasnya. (ams)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *