Siti Aminah, Kartini Pendobrak Mitos

SuaraBanyuurip.comTotok Martono

Lamongan – Sejak dulu masyarakat Kelurahan Babat, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, mempercayai tidak ada perempuan yang akan bisa memimpin kelurahan tersebut. Namun mitos itu berhasil didobrak Siti Aminah.

Mitos yang muncul di tengah-tengah masyarakat ini tidak lepas dari sejarah Kelurahan Babat. Sejak berstatus desa hingga secara administratif berubah menjadi kelurahan pada tahun 1996, Babat tidak pernah dipimpin kepala desa (Kades) maupun lurah perempuan.

Namun kepercayaan tersebut berhasil dimentahkan oleh Siti Aminah. Sejak empat bulan lalu dia dipercaya menjabat sebagai Lurah Babat. Memimpin wilayah yang menjadi kota nomor dua setelah Kota Lamongan.

“Semenjak berstatus Desa hingga Kelurahan, memang baru saya yang pertama kali menjabat Lurah Babat, ” kata Siti Aminah membuka kisah Kelurahan Babat kepada suarabanyuurip.com, Jumat (21/4/2017).

Meki selama belasan tahun menjabat sekretaris Kelurahan Babat, Aminah sendiri juga tidak pernah memmimpikan bakal menjadi orang nomer satu di Kota Wingko tersebut. Karena selama ini yang memimpin Kelurahan Babat selalu kaum adam.

Bisa jadi tidak pernah adanya kades dan lurah perempuan memimpin Kelurahan Babat karena memiliki tangung jawab dan ‘resiko’ lebih besar. Dengan wilayah yang cukup luas, masyarakat heterogen. Masyarakat dari berbagai kelompok etnis, strata sosial, bahasa dan dialek, serta tradisi kultural yang berbeda. Sehingga berbagai persoalan kompleks menjadi tantangan bagi Lurah Babat.

Baca Juga :   Kerajinan My Kayu Makin Diminati Masyarakat, Pertahankan Nilai Lokal Bojonegoro

“Dari kesekian tangung jawab, yang paling berat adalah menangani persoalan banjir tahunan,” cetus ibu tiga anak ini.

Perlu diakui, siapapun yang memimpin Babat pasti akan selalu dipusingkan dengan persolan banjir. Setiap aliran Bengawan Solo meluap, persoalan yang dihadapi cukup komplek. Mulai dari menahan tanggul jebol, menangani warga korban banjir, mencari bantuan hingga penanganan paska banjir dan penanganan dampak sosial ekonomi akibat banjir.

“Ini sudah menjadi persoalan klasik. Tidak akan bisa hilang dari Kelurahan Babat karena secara geografis wilayah Kelurahan Babat merupakan cekungan, seperti mangkok yang menjadi tumpahan luapan air, ” papar Aminah.

Meski tidak bisa menghilangkan banjir, mantan Sekretaris Kelurahan (Seklur) ini berupaya banjir bisa dikurangi dan tidak melumpuhkan ekonomi warga. Karena itu setelah dirinya memimpin Babat, langsung melakukan terobosan dengan meminta dinas terkait menambah diesel dan pompa air di titik-titik rawan banjir.

Aminah juga mendesak Pemkab untuk melakukan normalisasi Kali Konang antara Pasar Babat -Desa Plaosan yang merupakan pembuangan air di wilayah Babat setiap musim penghujan.

“Saya juga memperjuangkan agar jalan-jalan di Kelurahan Babat lebih ditinggikan. Kalau banjir mobilitas warga terganggu karena jalanya terendam banjir,” cetus istri dari Serma Djuli Dariyanto yang (MPP) di Intel Kodim Lamongan ini.

Baca Juga :   Teguh Susanto, Pengendali Ular Asal Desa Ring 1 Blok Cepu

Perjuangan Aminah agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan lebih peduli pada Kelurahan Babat begitu gigih. Alasannya, Kelurahah Babat tidak mendapatkan dana tersendiri untuk membangun wilayah.Tidak seperti pemerintah desa yang mendapatkan kucuran dana ratusan juta hingga milyaran rupiah dari pemerintah.

“Kalau tidak ada perhatian dari Pemkab untuk pembangunan, kemajuan kelurahan akan stagnan.Tertinggal oleh desa. Apalagi Kelurahan Babat menjadi kota kedua setelah Lamongan,” cetusnya lagi.

Untuk menjaga stabilitas Kelurahan Babat yang memilki jumlah penduduk 14.321 jiwa dan 3320 KK, Aminah lebih menghidupkan peran aktif 45 Ketua RT dan 3 Ketua RW. Dirinya juga aktif melakukan anjangsana kelingkungan RT dan mengadakan rapat kordinasi seminggu sekali di Kantor Kelurahan.

Pada Peringatan Hari Kartini ini, Aminah berharap kaum perempuan di wilayahnya lebih mengasah kemampuan yang dimiliki sehingga mampu lebih banyak berkiprah dan memberikan kontribusi pada desa dan masyarakat.

“Tidak ada yang mustahil asal ada kemauan dan kemampuan. Perempuan kini posisinya sederajat dengan laki-laki,” pesan Aminah.(tok)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *