Bangunan SDN Sumberoto Nyaris Roboh

SD Rusak

SuaraBanyuurip.comRirin Wedia

Bojonegoro- Keberadan Industri minyak dan gas bumi (Migas) di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, tampaknya, tak menjamin dapat memberikan dampak positif terhadap infrastruktur pendidikan di wilayah setempat. Masih banyak sekolah di pelosok desa di wilayah Bojonegoro kondisi bangunan gedungnya memprihatinkan.

Salah satunya adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sumberoto, Kecamatan Kepohbaru. Bangunan gedung  yang terdiri dari 5 kelas itu rusak berat. Kayu peyangga gedung itu sudah keropos dan dinding kayu juga jebol. Kerusakan itu sudah berlangsung bertahun-tahun dan dikhawatirkan bangunannya ambruk.

Namun begitu, sampai sekarang pihak sekolah belum ada niatan untuk mengungsikan semua siswa-siswinya ke tempat yang lebih aman. Hanya kegiatan belajar mengajar siswa  kelas V  yang terpaksa dialihkan di ruang perpustakaan. Sedangkan untuk siswa lainnya masih menggunakan bangunan yang sudah tak layak digunakan untuk belajar.

“Kami belum tahu kapan sekolah akan direnovasi. Padahal kondisinya semakin memprihatinkan,” kata Kepala Sekolah SDN Sumberoto, Pratiwi Rahayu, (23/10/2013).

Dia menjelaskan, SDN Sumberoto pertamakali dibangun sekira tahun 1970. Sejak dibangun sampai sekarang sekolah ini baru sekali mendapat alokasi dana perbaikan. Yakni pada tahun 2009 lalu melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) senilai Rp 80 juta.  Dana itu hanya bisa digunakan untuk membangun tembok samping sebagian, lantai keramik, satu lokal kelas dan ruang guru.

“Beberapa waktu lalu, sudah pernah ada penilik dari Dinas Pendidikan Bojonegoro yang datang kesini untuk membahas perbaikan gedung. Tapi sampai sekarang belum terealisasi,” ujar Pratiwi, mengungkapkan.

Dirinya mengaku, kesulitan untuk mencari tempat relokasi bagi 115 siswanya. Padahal pemindahan kegiatan belajar mengajar siswa ketempat yang lebih aman sudah sangat mendesak mengingat saat ini sudah memasuki musim penghujan.

“Kalau hujan atau angin para siswa langsung saya pulangkan dari pada beresiko,” kata Pratiwi.

Dari pantauan, rata-rata plafon di dalam ruang kelas di sekolah itu jebol. Selain itu Kondisi kayu yang menopang atap bangunan sudah banyak yang kropos, dan retak. Sedangkan pada bagian atap belakang sekolah yang menghadap jalan juga miring karena kayu peyangga tidak kuat menahan beban bangunan.

Kondisi ini membuat guru dan siswa merasa was-was. Mereka tak dapat melakukan kegiatan belajar mengajar dengan nyaman. Karena takut bangunan akan roboh sewaktu-waktu.

“Ya takut mbak, kalau sekolahannya roboh dan tertimpa bangunan,” aku Tata, salah satu murid kelas V yang diamini siswa lainnya.(rien)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *