SuaraBanyuurip.com – Samian Sasongko
Bojonegoro – Beberapa hari ini hujan mulai mengguyur sekitar proyek pengembangan Lapangan Unitisasi Gas Jambaran-Tiung Biru (JTB) di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Meski belum merata, turunnya hujan membuat sebagian petani senang karena dapat mengurangi polusi debu, dan segera mengolah lahan pertanian.
Namun ada pula yang susah, khususnya petani tembakau karena menjadikan harga tembakau anjlok.
“Harga tembakau tahun ini anjlok dibandingkan tahun lalu. Sekarang harga perkilogram (Kg) Rp1.300, tahun lalu Rp 2.000 lebih perkilogramnya,” kata salah satu petani tembakau Tasir, kepada Suarabanyuurip.com, Senin (21/9/2020).
Warga Desa Pelem, Kecamatan Purwosari ini mengungkapkan, para petani tembakau semakin merugi karena diperparah mulainya turun hujan beberapa hari ini. Sehingga menjadikan harga tembakau semakin terjun bebas.
“Saat ini tinggal dihargai Rp1000/Kg. Kalau bicara rugi, jelas rugi. Kembali modalnya saja sudah untung-untungan, Pak. Tapi mau bagaimana lagi ya kita jual jual saja,” ucap warga ring satu ladang Gas JTB ini.
Sementara Rohmad, warga Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, mengaku senang diakhir bulan September sudah mulai turun hujan. Selain polusi debu berkurang, juga segera melakukan pembersihan lahan untuk persiapan penanaman pertanian.
“Alhamdulillah sudah turun hujan. Jadi bisa segera membersihkan lahan pertanian persiapan rendengan,” pungkasnya.(sam)