Suarabanyuurip.com – d suko nugroho
Jakarta – Gas suar bukan hanya kegiatan yang berkontribusi terhadap perubahan iklim karena emisi yang dihasilkannya, tetapi juga merupakan pemborosan sumber daya dan tidak efisien. Oleh karena itu, semua pihak harus bekerja sama untuk mencapai Zero Routine Flaring (ZRF).
Demikian kesimpulan yang dicapai dalam Focus Group Discussion Flare Gas Measurement and Value Chain in Oil and Gas Industry di Hotel Ritz Carlton yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi c.q. Direktorat Teknik dan Lingkungan Migas bersama World Bank di Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, beberpa hari lalu.
Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Mirza Mahendra menegaskan, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mendukung tercapainya Zero Routine Flaring (ZRF) pada tahun 2030 yang merupakan inisiatif World Bank. Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah melalui peta jalan gas suar yang telah dikembangkan dan didukung oleh semua pemangku kepentingan di subsektor migas.
Namun, lanjut dia, pemanfaatan gas suar di Indonesia mengalami sejumlah tantangan, seperti kondisi lokasi, volume gas suar dan infrastruktur. Pemanfaatan gas suar dari sisi lingkungan sangat penting karena dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. Sementara dari sisi ekonomi, gas suar dapat dikomersialkan dengan teknologi dan model bisnis yang tepat. Sehingga diperlukam pemahaman tentang aspek teknis dan ekonomi pemanfaatan gas suar yang dapat dikembangkan di Indonesia.
“Pemerintah Indonesia juga mengharapkan agar kerja sama dengan World Bank ini dapat berjalan lancar dan target ZRF tahun 2030 dapat tercapai,” pungkasnya.
Koordinator Keteknikan dan Keselamatan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi Ditjen Migas Bambang Eka Satria menambahkan, pihamnya optimis bahwa ZRF di Indonesia dapat dicapai dengan teknologi yang tepat. Meskipun gas suar memiliki kualitas yang rendah, intermiten dan volume yang kecil.
“Namun pada dasarnya kita dapat mengimplementasikan hal tersebut dengan menggunakan model bisnis yang tepat,” tegasnya.
Bambang Eka melanjutkan, Pemerintah menyambut baik rencana Carbon Exchange dalam lingkup BUMN yang diajukan oleh ID Survey.
“Kami berharap pilot project ini dapat menjadi percontohan dan dapat diperluas dalam lingkup badan usaha yang lebih besar,” ucapnya.
Disimpulkan pula bahwa penerapan teknologi dekarbonisasi yang tepat guna, inovasi dan kolaborasi serta peran aktif para pemangku kepentingan merupakan kunci untuk mencapai target ZRF.
“Kita perlu meningkatkan transfer teknologi dan selalu terbuka terhadap opsi baru,” tutupnya. (suko)