APBD Besar, Pertumbuhan IPM Bojonegoro Lambat dan di Urutan 5 Terendah Jatim

MEGAH : Pemkab Bojonegoro fokus membangun infrastruktur, namun pertumbuhan IPM melambat.

Suarabanyuurip.com – Joko Kuncoro

Bojonegoro – Postur APBD 2023 Kabupaten Bojonegoro, sebesar Rp 7,4 triliun atau nomor 2 tertinggi di Jawa Timur setelah Surabaya. Namun faktanya pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Bojonegoro ternyata di urutan buncit atau di bawah rata-rata Jawa Timur, yakni masuk lima terendah se Jatim.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), IPM Bojonegoro menunjukkan tren pertumbuhan yang cenderung lambat selama empat tahun terakhir. Bahkan, pertumbuhan IPM kabupaten dengan APBD sebesar Rp 7,4 triliun ini masuk dalam 5 terendah se-Jawa Timur.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bojonegoro Kiki Ferdiana mengatakan, IPM Bojonegoro selama 4 tahun terakhir mulai pada 2018, IPM Bojonegoro menyentuh angka 67,85 persen. Di tahun berikutnya mengalami peningkatan menjadi 68,75 persen. Selanjutnya, pada 2020 capaian peningkatan IPM Kabupaten Bojonegoro lebih kecil dari tahun sebelumnya, yakni sebesar 0,4 persen. Begitupun di tahun 2021 IPM meningkat sebesai 0,8 persen dan mencapai angka 69,59 persen.

“Dan pada 2022 tumbuh mencapai 70,12 meningkat 0,53 poin dari tahun sebelumnya yang memiliki nilai IPM 69,59,” katanya.

Data pertumbuhan IPM kabupaten/kota di Jatim dan Bojonegoro menempati urutan lima terendah.
© 2023 suarabanyuurip.com/Tangkap layar

Dia mengatakan, ada tiga indikator dalam penyusunan IPM, meliputi kesehatan dari rata-rata harapan hidup, indeks pendidikan yakni harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah, serta standar hidup layak yang diukur dari nilai daya beli.

Anggota DPRD Bojonegoro Lasuri mengatakan, IPM Bojonegoro menunjukkan tren pertumbuhan yang cenderung lambat selama empat tahun terakhir. Dengan APBD Rp 7,4 triliun pemerintah jangan terlalu fokus pada pembangunan infrastruktur tanpa memperhatikan sektor pembangunan lainnya.

“Rendahnya capaian IPM Bojonegoro menjadi indikator kuat bahwa pembangunan di sektor pendidikan tampak kurang diperhatikan,” katanya Jumat (5/5/2023).

Hal tersebut, juga diperkuat dengan data BPS yang menunjukkan angka partisipasi sekolah dan rata-rata lama sekolah di Bojonegoro masih tergolong rendah. Bahkan, cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir.

Angka Harapan Sekolah di Kabupaten Bojonegoro hanya mencapai 12,84 persen. Sementara rata-rata lama sekolah 7,43 persen sepanjang tahun 2022. Data tersebut menunjukkan masih banyaknya anak-anak di Kabupaten Bojonegoro yang belum mendapatkan akses dan kesempatan pendidikan yang layak.(jk)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *