SuaraBanyuurip.com – Arifin Jauhari
Bojonegoro – Pengelola lapangan gas Unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB), PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi Cepu (PEPC) buka suara menanggapi sejumlah keluhan warga sekitar perihal jalan khusus proyek Gas JTB yang berdebu.
Disebutkan bahwa, penyebab persoalan debu itu karena kendaraan yang melintas lebih banyak didominasi oleh kendaraan umum. Padahal, jalan tersebut adalah jalan khusus proyek milik PEPC, dan bukan jalan umum.
“Jalan akses JE-JC adalah jalan khusus proyek (jalan inspeksi jalur pipa) dan bukan jalan umum,” kata JTB Site Office & PGA Manager PEPC, Edy Purnomo, kepada SuaraBanyuurip.com, Jumat (25/08/2023).
Dia menjelaskan, bahwa kegiatan konstruksi telah selesai dan saat ini tidak ada aktivitas mobilisasi kendaraan operasional yang signifikan. Kendaraan operasional yang melintas hanya untuk keperluan pergantian kru dan patroli keamanan.
Sebaliknya, kata Edy, dari pantauan di lapangan, sebagian besar kendaraan yang melintas di jalur tersebut justru didominasi atau lebih banyak kendaraan umum.
Meski begitu, kegiatan penyiraman jalan dia katakan sudah beberapa kali dilakukan oleh perusahaan sebagai upaya untuk mengurangi dampak debu. Demikian pula, kecepatan kendaraan di jalan tersebut dibatasi maksimum 20 km/jam untuk mengurangi potensi kecelakaan dan potensi debu.
“Kemudian mengenai permintaan peningkatan kualitas jalan. Karena status jalan adalah untuk keperluan inspeksi yang hanya sekali-sekali, maka belum ada rencana untuk meningkatkan kualitas jalan menjadi jalan aspal atau beton,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, bahwa jalan jalur pipa gas dari Jambaran East (JE) ke Jambaran Central (JC) JTB yang dikeluhkan warga berdebu masuk wilayah Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem, Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, dan Desa Pelem, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
“Setiap ada mobil melintas debunya beterbangan kemana-mana, Pak. Tidak hanya menempel di daun tanaman pertanian saja, tapi juga masuk rumah warga, kan bisa menimbulkan penyakit juga,” kata Juarti warga setempat yang membuka warung dekat jalan JE-JC JTB kepada SuaraBanyuurip.com, Kamis (24/08/2023).
Guna meminimalisir dampak debu di musim kemarau, diharapkan agar perusahaan yang mengelola proyek gas JTB segera membangun. Baik dengan beraspal maupun di cor.
“Harapannya ya segera dibangun dengan aspal atau di cor biar tidak berdebu,” imbuhnya.
Sementara anggota Komisi B DPRD Bojonegoro, Lasuri mengatakan, keluhan warga akibat terdampak debu jalan di jalur menuju proyek JTB harus menjadi perhatian.
“Sebab, debu yang disebabkan kendaraan proyek atau lainnya bisa mengganggu kesehatan warga terutama anak-anak,” katanya, Kamis (24/8/2023).
Menurut Lasuri jika kondisi itu terus dibiarkan akan menjadi polusi yang menganggu lingkungan, karena saat ini musim kemarau. Misalnya pohon-pohon dan tanaman tertutup dengan debu jalan.
“Jadi saya setuju dengan warga agar jalan tersebut segera dibangun di aspal atau cor. Hal itu untuk meminimalisir polusi udara dan dampak kesehatan warga,” kata Lasuri.(fin)