SuaraBanyuurip.com – Arifin Jauhari
Bojonegoro – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyebutkan upaya mewariskan kerukunan umat beragama kepada generasi muda. FKUB merintis hal itu, salah satunya dengan cara mengadakan seminar pemuda lintas agama, Selasa (12/12/2023).
Perjamuan yang dipusatkan di Hall Pancasila MCM Hotel & Resto ini mengambil tema “Merawat Kerukunan Beragama Demi Terciptanya Situasi yang Kondusif di Kabupaten Bojonegoro”, dipandu oleh Ketua PWI Bojonegoro M. Yazid, dan menghadirkan dua narasumber, yakni Direktur Lembaga Survei Independen Nusantara, Moh. Yasin, S.Fil.I, M.Ud., MA., dan Rektor Institut Agama Islam Al-Fatimah Bojonegoro, Abdul Khamid, S.Pd., M.Pd.
Seminar pemuda lintas agama ini adalah gelaran perdana yang diinisiasi oleh FKUB dan didukung oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Bojonegoro, diikuti sekira 100 peserta dari unsur pemuda berbagai agama. Yaitu Pemuda-Pemudi Kristen, Pemuda Bamag, Katolik, Hindu, Konghucu, Pemuda Muhammadiyah, GP Ansor, dan belasan unsur kepemudaan lainnya.
“Kami ingin mewariskan gagasan, pemikiran tentang kerukunan umat beragama, moderasi beragama, dan pembinaan ukhuwah basyariyah, ukhuwah wathaniyah kebersamaan dalam mengurus bangsa dan negara, agar kedepan ada regenerasi,” kata Ketua FKUB Bojonegoro, K.H. Tamam Syaifuddin kepada SuaraBanyuurip.com selepas seminar dalam wawancara cegat.
Dalam pandangan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Fatimah itu, sampai hari ini pegiat kerukunan antar umat beragama di tempat manapun masih didominasi oleh tokoh-tokoh yang sudah berusia tua. Oleh karenanya dia berharap selanjutnya generasi muda justru lebih banyak mengambil peran.
“Biar mereka (para pemuda) tidak gagap dengan FKUB melainkan memahami FKUB dan mencintai kerukunan antar umat beragama,” ujarnya.
Selain sasaran jangka panjang yang telah disebut terhadap para pemuda, ada target jangka pendek memasuki tahun politik. Yang mana dipastikan terjadi perbedaan cara pandang demokrasi maupun perbedaan pilihan politiknya. Dalam dinamika politik yang sedang berlaku, kerukunan umat beragama harus tetap terjaga.
“Oleh karena itu dari seminar ini bisa lahir generasi muda lintas agama yang memahami makna merawat Kebhinekaan di negara kita tercinta khususnya Bojonegoro, agar situasi menjelang tahun politik ini tetap kondusif, sejuk, dan terkendali,” harap K.H. Tamam Syaifuddin.
Sementara itu, Ketua Pemuda Badan Musyawarah Antar Gereja (Bamag) Bojonegoro, Abdi Sabda Winedar, memiliki kesan yang baik atas terselenggaranya seminar yang melibatkan berbagai organisasi pemuda lintas agama.
“Ketika mengikuti seminar ini saya menyadari, Indonesia khususnya Bojonegoro berisi orang-orang yang agamanya nggak cuma sama tetapi beragam,” ungkap pemuda berusia 25 tahun ini.
Dengan berbagai keunikan dan keistimewaan agama masing-masing itu baginya justru diajak untuk bisa hidup berdampingan bersama, kemudian belajar saling menghormati satu sama lain. Lebih penting di atas semua itu, adalah merawat dan menjaga kerukunan yang telah terjalin.
“Menarik sekali seminar ini,” tegas pemuda asal Bekasi ini.(fin)