SuaraBanyuurip.com — Arifin Jauhari
Tuban — Para petani binaan PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Sukowati Field di sekitar wilayah pengeboran Blok Tuban, yaitu di Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, Jawa Timur berhasil menikmati jumlah keuntungan berlipat. Ini berkat hasil panen padi yang juga makin meningkat karena beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik.
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rahayu, Sutikno mengungkapkan, rahasia pertanian organik murni bebas bahan kimia mampu meningkatkan pendapatan petani desa setempat.
Yakni karena adanya perbedaan yang signifikan antara hasil panen pertanian organik dibanding metode konvensional. Sebab dulunya sebelum melaksanakan pertanian organik, pihaknya hanya bisa panen padi paling banyak 2 ton per hektar.
“Saat musim pertama pertanian organik kami mampu panen rata-rata 7 ton per hektar, sedangkan musim tanam ke empat kemarin per hektar bisa panen padi sampai 9,2 ton, sangat jauh perbandingannya,” katanya kepada Suarabanyuurip.com, Rabu (16/10/2024).
Dampaknya, tingkat petani gurem bisa memiliki pendapatan terdongkrak dari awal bertani organik mendapat Rp5,3 juta kini mampu mengantongi hingga Rp10,2 juta lebih untuk setiap musim tanam.
Pertanian organik ini berkaitan dengan pembuatan pupuk yang diolah di rumah kompos. Ini sebagai pupuk dasar sebelum bercocok tanam. Dalam rumah kompos ini wajib selalu tersedia stok pupuk organik terutama MOL (Miko Organisme Lokal) nasi guna pengurai bahan dasar kompos pra tanam.
Kompos sendiri terdiri dari bahan dedaunan, jerami, sekam, dedak, dan paling utama berbahan kotoran hewan, baik kotoran sapi, kambing, sampai kotoran ayam. Untuk sekali musim, rumah kompos mampu memproduksi sampai 6 ton.
“Lucunya, stok kotoran hewan di Desa Rahayu sendiri kini agak berkurang, tetapi kami bisa atasi dengan jejaring poktan desa tetangga,” terang pria yang karib disapa Pak Wo Tik ini.
Selain itu dampak lingkungan terdapat pemanfaatan limbah kotoran ternak rata-rata 5 ribu per kilogram (kg) per bulan sebagai bahan utama pembuatan kompos dan pengurangan 400 kg pupuk kimia per Hektare (Ha) tiap musim tanam.
Ini tentu jauh jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia, sehingga petani bisa melakukan penghematan ongkos produksi pertanian hingga Rp2,8 juta/Ha/musim.
“Lagipula sistem organik ini meminimalisasi potensi terjadinya residu pada lahan pertanian seluas 1 Ha,” tegasnya.
Sementara Senior Manager Relation Regional 4, Fitri Erika menyatakan, para petani di Desa Rahayu berhasil menerapkan Sistem Pertanian Organik metode System of Rice Intensification (SRI) yang tergabung dalam program Prabu Kresna. Akronim dari “Petani Rahayu Bersatu Kreatif Sehat dan Sejahtera”.
“Keberhasilan ini membuat kami Pertamina sebagai pendamping program ini lebih bersemangat untuk bisa melakukan program inovatif lainnya,” ujarnya.
“Kami memulai program pertanian ini dengan menghilangkan intervensi dari bahan kimia, sehingga ini murni pertanian yang berbasis organik. Alhamdulillah penerima manfaat bisa berkembang,” lanjut Fitri.
Fitri menyebut, musim tanam kali ini telah memasuki musim yang ke lima. Pada musim tanam sebelumnya progresnya dinilai sangat bagus. Karena mampu meningkatkan produksi pertanian hingga lebih dari 9,2 ton per hektar.
Para petani di sekitar wilayah operasi Pertamina Sukowati tersebut juga mendapatkan pendampingan dengan jangka cukup panjang selama sekitar lima tahun. Terdiri pada tahun pertama merupakan awal program, lalu pada tahun ke dua dan tiga pendampingan.
“Memasuki tahun ke empat adalah evaluasi dan pada tahun ke lima kami sudah bisa menyiapkan kelompok untuk mandiri, jadi total (program) ini selama lima tahun,” tandasnya.(fin)