Disiapkan Dari Tak Bisa Menjadi Mandiri

19329

Idealnya pemberdayaan masyarakat menjadikan warga mandiri secara ekonomi.  Program SCR diskenario mampu mengentas kemiskinan penggunanya.

Tak semua program Corporate Social Responsibility (CSR) berjalan sesuai skenario awal. Kendala di lapangan acap muncul karena berbagai faktor.  Diantaranya karena kurang ketatnya pendampingan, pun tersebab kurang seriusnya pelaksanaan.

Kendati begitu program pemberdayaan berbasis masyarakat yang dibesut Koalisi Perempuan Ronggolawe (KPR) Tuban bersama Semen Indonesia, telah dirasakan manfaatnya oleh pengguna program dari desa sekitar operasi perusahaan. Kalau dinilai belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat, memang realita program tersebut masih berjalan, dan terus menerus.

“Program CSR yang kami kembangkan adalah dengan konsep berkelanjutan dengan pendampingan,” kata Senior Manager of Public Relation & CSR Semen Indonesia, Setiawan Prasetyo, disatu kesempatan.

Pada program tahun 2019, menurut Direktur Ekskutif KPR Tuban Nunuk Fauziah, jika diprosentase program pemberdayaan mencapai 50 persen, program infrastruktur 20 persen, pengembangan kapasitas 20 persen, dan sisanya 10 persen berupa kegiatan karikatif.  Itu menjadi bukti jika program pemberdayaan masyarakat lebih mendapatkan sambutan..

“Prosentase terbanyak ada pada program pemberdayaan, ini sebagai bukti jika konsep pemberdayaan berbasis masyarakat tepat sasaran,” sergah perempuan aktifis yang lihai pendampingan saat dikonfrontir secara terpisah.

Jika program CSR yang dianut Semen Indonesia berdomain mengajari warga dari tak bisa menjadi mandiri, maka satu diantaranya terbukti di kelompok OMS dari Desa Kedungrejo, Kecamatan Kerek. Kelompok dari Perguruan Silat Setia Hati Terate (PSHT) ini mengajukan program penggemukan domba.

“Kami mulai dari nol, dibantu dan didampingi membuat penggemukan kambing, alhamdulillah hasilnya bagus,” kata sekretaris kegiatan penggemukan domba, Durokhim, saat ditemui di kandangnya.

OMS ini mendapatkan bantuan modal untuk berkegiatan Rp19.400.000. Dana tersebut dipakai untuk pembuatan kandang, menggemukkan 10 ekor kambing, dan pembelian pakan.

Lain halnya dengan Pemdes dan LPMD Desa Sumberarum, Kerek. Dari semula program yang diajukan OMS berupa kegiatan pemberdayaan masyarakat, oleh perangkat desanya diganti dengan program infrastruktur sumur bor dan tandon air. Dua kegiatan ini masing-masing didanai CSR Semen Indonesia sekitar Rp102 juta.  

Baca Juga :   Desa Ring 1 Terima Bantuan 26 Sapi dari Semen Indonesia

“Tandon air ini akan dipakai untuk irigasi persawahan, dan mengisi waduk untuk wisata,” kata Kades Sumberarum, Narto, di lokasi tandon air.  “Jika musim kemarau lahan sawah di sekitar sini kering tak bisa ditanami, sedangkan waduknya sudah dirintis sejak awal untuk destinasi wisata,” pungkasnya saat menanggapi perubahan skema program tersebut.

Tandon air tersebut, menurut Hadi Suwito dari LPMD Sumberarum, diperkirakan mampu mengairi lahan sawah seluas 30 hektar milik 42 petani. Oleh sebab itu program infrastruktur ini berimbas meningkatkan kesejahteraan petani.

Rangkaian program CSR tersebut, menurut M Zuhri Ali dari DPRD Tuban saat monitoring program di wilayah Kecamatan Kerek, sudah tepat sasaran dan sesuai dengan keinginan warga masyarakat.  Ia sarankan, agar wilayah administratif kegiatan dari OMS yang masih belum sempurna dibenahi.

“Keterbukaan pengelolaan, pelaporan keuangan harus transparan agar tidak menimbulkan fitnah, dan memunculkan permasalahan di internal OMS,” kata Zuhri Ali saat berada di OMS Ibu Muslimat NU di Desa Karanglo.

Anggota FKB DPRD Tuban ini berharap, Semen Indonesia melanjutkan program CSR berbasis masyarakat seperti yang telah dilakukan bersama pendamping dari KPR. Terlebih rangkaian programnya bersinergi dengan program pengentasan kemiskinan dari Pemkab Tuban.

Segendang seirama disampaikan tim monitoring dari unsur akademisi, Riska Andriani. Kapus Kajian Bidang Pemberdayaan Ekonomi dan Lingkungan dari Universitas PGRI Ronggolawe (Unirow) Tuban ini menilai,  program CSR yang digulirkan Semen Indonesia ini perlu ditingkatkan, agar kapasitas OMS dalam mengelola administrasi program lebih bagus lagi.

“Sudah tepat sasaran, hanya pada sisi administrasi dan pendokumentasian kegiatan yang perlu dibenahi, karena pelaporan admistratif masih menjadi parameter penilaian dari program,” sebut Dosen Biologi Unirow itu.

Pihak PT Semen Gresik pun, sangat serius melakukan program CSR. Pada tahun 2019 ada 267 OMS pengguna program, terdapat pula 267 program yang diampu oleh warga masyarakat dari 26 desa terdekat operasi perusahaan.

“Kami sudah memprogramkan untuk membuat klaster dari sekian banyak kegiatan CSR, agar sistem pembinaan bisa lebih terarah dan fokus di bidangnya,” kata Staff of Publik Relation & CSR Semen Indonesia Pabrik Tuban, Siswanto, saat berada di kandang penggemukan domba di Desa Kedungrejo.

Baca Juga :   Bina Swadaya Tegaskan Sudah Koordinasi dengan Disnakkan

Dicontohkan, ternak kambing akan dijadikan satu dengan kegiatan sejenis, termasuk pula perikanan lele, atau program lain yang serupa akan dijadikan satu klaster. Semuanya disiapkan, agar warga bisa mendiri melalui program CSR.

Terlepas dari realitas program yang telah berjalan di lapangan, sebagai lembaga pendamping KPR selalu menyertakan program monitoring dengan melibatkan banyak stake holder. Mulai dari unsur Pemkab Tuban (Bappeda), akademisi, DPRD, dan media massa.

“Monitoring untuk memastikan CSR basisnya dari masyarakat, oleh masyarakat untuk masyarakat,  dan kemanfataannya benar-benar bisa dirasakan oleh masyarakat pula,” tegas Nunuk Fauziah.

Pada fase monitoring bisa dilihat dan dirasakan, terjadi sinergi antara perusahaan dengan masyarakat dan pemerintah dalam pelaksanaan program CSR. Programnya pun telah dilakukan secara terbuka, dan akuntabel.

Monitoring yang dilakukan secara serentak di tiga kecamatan, tambah mantan aktivis PMII Tuban ini, sesungguhnya dalam rangka memastikan berjalannya program yang dilaksanakan OMS. Sekaligus untuk mengetahui apakah sudah sesuai dengan konsep yang direncanakan oleh OMS bersama pendamping dan FMK atau tidak.

Oleh sebab itu, penilaian saat monitoring menyangkut aspek administrasi, pengelolaan keuangan, pelaksanaan, ketepatan sasaran atau penerima manfaat, serta keberlanjutan program. 

Keterlibatan multi stakeholder terutama akademisi dari Universitas Sunan Bonang (Unang) Tuban dan Unirow, mampu memberikan warna sebagai masukan yang membangun bagi OMS dan perusahaan. Targetnya jika nanti program akan dilanjutkan pada tahun 2020, bisa  lebih tepat alokasi anggaranya.

Usai melakukan monitoring di lima titik, M Zuhri Ali mengatakan, perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat sekitar. Programnya pun sudah berjalan baik, sehingga harusnya dilanjutkan pada tahun-tahun mendatang.  

“Optimalkan sistem pendampingan dari program CSR yang sudah bagus ini, jangan sampai program terhenti karena pendampingnya tak memahami karakter dan kultur masyarakat yang didampinginya,” begitu pungkas pria penyuka warna putih tersebut. (teguh budi/habis)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *