Hemat Biaya 50 Persen dengan Menggunakan Drone FPS

23735

SuaraBanyuurip.com – Arifin Jauhari

Bojonegoro – Pemerintah Desa Tikusan, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Maju Bersama, mengklaim penggunaan drone untuk menyemprot lahan pertanian mampu menghemat biaya produksi hingga 50 persen.

“Kami telah membuktikan penggunaan drone FPS untuk menyemprotkan pupuk maupun pembasmi hama tanaman pertanian, hasilnya lebih hemat biaya sampai lebih dari 50 persen,” kata Kepala Desa (Kades) Tikusan, Ir. Edy Sunarto kepada SuaraBanyuurip.com, Sabtu (06/11/2021) kemarin.

Sebelum pembelian drone seharga Rp175 juta, Edy mengaku, telah membuat perhitungan bussines plan dan social plan bersama jajaran perangkat desanya. Baru kemudian rencana penerapan teknologi drone tersebut dilaksanakan.

Sedangkan biaya pembelian diambilkan dari Dana Desa (DD). Namun pelaksanannya diserahkan kepada BUMDesa “Maju Bersama”. Baik operator drone maupun pengelolaan bussines.

“Dalam hitungan kami, Break Even Point atau titik impas kembalinya modal pembelian drone ini bisa tercapai pada tiga tahun kedepan,” ujarnya.

Ia membandingkan, jika biaya semprot lahan secara manual, harga saat ini adalah Rp50 ribu per orang durasi setengah hari kerja. Sedangkan untuk sekira 1 hektar lahan diperlukan empat sampai lima orang tenaga kerja. Artinya dibutuhkan biaya lebih dari Rp200 ribu tiap hektar. Biaya tersebut belum ditambah biaya rokok dan lain-lain.

Baca Juga :   Calon Pengurus Umat Nasrani Sowan Bupati Tuban

Sementara, jika menggunakan drone, hanya membutuhkan biaya sewa antara Rp100 ribu sampai Rp150 ribu paling mahal. Sehingga secara hitungan biaya diyakini lebih hemat dengan menggunakan drone.

“Dengan ongkos produksi yang bisa ditekan lebih rendah, maka keuntungan saat panen kan bisa meningkat,” imbuhnya.

Tak hanya perihal biaya, disisi waktu dijamin lebih efisien dan hasil penyemprotannyapun lebih merata. Karena dengan menggunakan drone diberi nama Full Drone Solution (FDS) hanya butuh waktu antara 15 hinga 20 menit untuk luasan 1 hektar lahan pertanian.

“Hasilnya pasti lebih merata. Ini kelebihannya. Karena tinggal main remote control saja. Beda kalau tenaga manual, makin siang pasti makin lelah. Wajar jika konsentrasi penyemprot menurun dan hasilnya kurang rata,” tandas pria lulusan Insititut Teknologi Nasional (ITN) Malang.

Pria yang mengaku pernah bekerja di Amerika Serikat dan Australia ini mentargetkan, sewa drone bisa merambah ke desa-desa lain. Mengingat dalam waktu dekat, sejumlah desa seperti Nguken dan Sukoharjo tengah terlibat dalam pembicaraan bisnis rental drone dimaksud.

Baca Juga :   Kantong Kemiskinan Jarang Tersentuh Program

“Mudah-mudahan, tak cuma konsep terapan teknologi yang nanti bisa menginfluence desa-desa lain sekabupaten. Tetapi juga terwujudnya mimpi Murji Murbeh. “Makmur Siji Makmur Kabeh” untuk masyarakat,” pungkasnya.(fin)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *