Nekat Jual Sapi, Terima Pesanan Hingga Luar Jawa

SuaraBanyuurip.com - 

Meski gaung proyek Migas Banyuurip, Blok Cepu maupun J-TB dapat membius ribuhan masyarakat untuk bisa terlibat. Namun tak membuat Lukdianto ikut terpikat. Justru dia lebih memilih berdiri diatas kaki sendiri dengan membuka usaha galeri Batik Jonegoroan.

Bojonegoro – Sekilas tak ada yang istimewa dari sosok Lukdianto, warga Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Namun istilah sukses diusia muda pantas tersematkan pemuda yang baru menginjak usia 22 tahun itu.

Sama kebanyakan pemuda diusianya, Luk, demikian panggilan akrabnya terlihat seperti masih labil. Meski begitu, pemuda ini cukup familier dan mudah bergaul. Diusianya yang terbilang muda, dia sudah menjadi seorang pengusaha batik.

Ditemui Suarabanyuurip.com, Luk, bercerita tentang bagaimana awal mula merintis usahanya. Menjadi pengusaha batik tak pernah ada dibenaknya. Jalan kesuksesan itu bermula dari mengikuti kegiatan yang bersifat positif. Dikisahkan, ditahun 2013 lalu dia nekat mengikuti sebuah pelatihan batik. Padahal ketika itu, namanya tidak termasuk sasaran peserta pelatihan. Luk tetap ngotot agar tetap ikut dalam pelatihan.

“Saya nekat ikut saja, selama kegiatan itu positif,” ujarnya.

Setelah mengikuti pelatihan, lantas dia penasaran dengan kerajinan batik. Bahkan dia menyempatkan berkunjung ke Kota Solo, Jawa Tengah. Tepatnya di Kampung Batik Laweyan. Sejak saat itu, dia mulai mendapat wawasan tentang bagaimana menggeluti usaha batik.

“Dulu enggak. Tapi pas awal – awal tahu banyak pengusaha batik di kampung batik laweyan Solo, saya baru mulai tertarik menjadi pengusaha batik,” tuturnya.

Baca Juga :   Rela Sisihkan Honor Demi Membuat Kaki Palsu

Bayang – bayang masalah permodalan sempat menghantuinya pada awal mendirikan usaha. Akan tetapi, karena dorongan sikap optimis dan kemauan yang kuat dia nekat menjual sapi milik orang tuanya.

“Satu ekor sapi laku Rp 11 juta. Sebagian untuk modal, sisanya untuk orang tua modal pertanian,” ucapnya.

Dari hasil itu, kemudian dia manfaatkan untuk mendirikan galeri batik bernama “Poetra Dolokgede”. Modal jualan sapi itu cukup mendukung pengetahuan dari hasil pelatihan. Lambat laun usahanya berkembang. Beragam kendala yang menghadang tak membuatnya patah arang. Usahanya pun mulai dikenal. Luk, mulai kebanjiran pesanan. Tak hanya dari dalam Bojonegoro saja. Bahkan, hingga merambah ke luar pulau Jawa.

“Permintaan ada yang sampai ke  Padang Sumatera Barat,” imbuhnya.

Permintaan Batik Jonegoroan masih berjalan hingga sekarang. Dalam satu bulan sedikitnya melakukan dua sampai tiga kali pengiriman ke luar pulau daerah. Untuk omset per bulannya, dia mengaku tidak pasti dan tergantung permintaan.

Tapi rata – rata dalam satu bulan bisa meraup kurang lebih Rp 3 juta. Dalam sehari sedikitnya dia mampu memproduksi 5 potong batik tulis. Suka duka selama menjalankan usaha batiknya menjadi bagian perjuangan.

“Kadang sepi kadang ramai. Pas lagi ramai ya lebih. Ramainya bisanya pas tahun ajaran baru. Kadang kalau ada orang pesan seragam tapi bayarnya berbelit – belit,” sesalnya.

Ada alasan sendiri mengapa dia lebih memilih batik sebagai objek usahanya. Selain memperoleh penghasilan, baginya usaha batik dapat membuka cakrawala dibidang seni.

Baca Juga :   Bulan Ramadhan Menjadi Berkah Bagi Penjual Kue Kering

“Saya senang berekreasi. Saya bisa berekspresi melalui seni batik,” kata mahasiswa semester VII, jurusan tekhnik mesin STTR Cepu ini.

Dari usahanya ini pula, dia mampu mencukupi segala kebutuhan kuliahnya. Sehingga meringankan kebutuhan orang tuanya. Apa yang dicapainya sekarang bukan tanpa perjuangan. Setidaknya, berada dikawasan terdekat area proyek migas tak membuatnya terpengaruh hingar-bingar proyek.

Dia sadar, jika desanya tidak lama lagi akan menjadi perhatian masyarakat luas lantaran termasuk sebagai desa area ring 1 proyek pengembangan Unitisasi Lapangan Gas Jambaran-Tiung Biru (J-TB). Namun gaung proyek itu tak membuatnya langsung bersambut. Justru Lukdianto lebih memilih berdiri diatas kaki sendiri.

Apa yang dicapai Lukdianto ini mendapat apresiasi dari operator proyek J-TB, Pertamina Eksplorasi dan Produksi Cepu (PEPC).

Staff Public and Government Affairs PEPC, Pandu Subianto, mengatakan, apa yang dilakukan Lukdianto bisa menjadi inspirasi yang lain. Terlebih diusianya yang masih muda. Bahkan secara pribadi, Pandu mengaku kagum.

“Yang menarik, dia masih muda. Semangatnya luar biasa dan tentunya bisa menjadi contoh bagi pemuda lain,” ujarnya.

Pandu mengatakan, karena kegigihan mendirikan usaha batik ini, Luk, mendapat kehormatan untuk menjadi pendamping program pelatihan pengembangan sentra batik di wilayah operasi PEPC bersama LSM Ademos di tahun 2015. (Athok Moch Nur Rozaqy)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *