Potensi Cemaran Hidrokarbon pada Tanah Sekitar Pertambangan Migas dan Solusinya

Mengenal Konsep “Tragedy of Common” dan Pentingnya Peraturan Tata Kelola Air di Kampung

SuaraBanyuurip.com - 

                     Oleh : Mashudi

Bojonegoro memang sudah terkenal sebagai daerah penghasil minyak dan gas (Migas) sejak jaman Belanda. Sumur minyak Wonocolo merupakan titik pertama ekplorasi dan eksploitasi minyak oleh Belanda di bumi tanah air yaitu pada tahun 1893. Seperti yang kita ketahui, sumur minyak di daerah ini dikelola oleh masyarakat menggunakan peralatan dan teknologi tradisional. Hingga sekarang, Wonocolo merupakan sumur minyak terbesar di Indonesia yang dikelola masyarakat lokal dengan luasan mencapai lebih dari 11 km2. Baru-baru ini daerah ini dikembangkan sebagai salah satu tujuan wisata dengan mengambil nama Teksas Wonocolo. Tidak tanggung-tanggung, tahun lalu tempat ini didaulat menjadi destinasi wisata terbaik Bojonegoro melalui keputusan 1/WD-BJN/2018 November tahun lalu. Ada lebih dari 16 ribu orang pengunjung pada periode setahun sebelumnya. Yang terbaru adalah adanya rencana menjadikan wilayah ini sebagai Geopark Internasional warisan UNESCO.  

Melihat histori, potensi, dan progres perkembangan terkini dari Teksas Wonocolo, tentu kita turut bahagia. Majunya sektor pariwisata dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat lokal dan masyarakat Bojonegoro secara umum. Geliat pembangunan wisata Teksas Wonocolo menuju destinasi wisata internasional juga perlu disambut baik supaya diversifikasi sumber penghasilan masyarakat meningkat, apalagi pariwisata merupakan sektor ekonomi berkelanjutan. Meskipun demikian, dengan semakin banyaknya wisatawan dan calon wisatawan yang akan masuk ke Teksas Wonocolo, aspek kesehatan lingkungan juga perlu dipersiapkan dengan matang. Aspek keamanan berkunjung merupakan konsiderasi utama wisatawan dalam memilih tempat wisata. Kesehatan lingkungan di Teksas Wonocolo perlu dipersiapkan untuk menyambut lonjakan wisatawan dikemudian hari.

Baca Juga :   Terlanjur Membangun Mimpi

Salah satu ancaman dan isu kesehatan lingkungan paling serius di tempat ini adalah adanya potensi cemaran hidrokarbon. Hidrokarbon petroleum (C3-C35) merupakan senyawa beracun dan karsinogenik (memicu kanker) sehingga berbahaya bagi tubuh. Tumpahan minyak baik dari proses pertambangan, pengolahan, dan pengangkutan dapat menjadi sumber polusi hidrokarbon ini. Apalagi aktivitas pertambangan ini telah berlangsung selama ratusan tahun, deposisi tumpahan minyak di dalam tanah maupun permukaan air di daerah ini sangat berpotensi untuk tercemar.

Sebuah riset dari mahasiswa ITS dua tahun lalu membuktikan bahwa memang telah terjadi pencemaran hidrokarbon baik di tanah maupun di perairan sekitar Teksas Wonocolo. Peneliti menggunakan parameter Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) sebagai ukuran kandungan hidrokarbon pada sampel tanah dan air yang diambil dari daerah ini. Hasilnya menunjukkan bahwa kandungan cemaran hidrokarbon pada tanah pucuk (top soil) di daerah ini adalah lebih dari 100 ribu µg/g. Angka ini merupakan 10 kali lipat dari batas toleransi hidrokarbon yang di tetapkan pemeringtah yaitu 10 ribu µg/g. Kesimpulan serupa juga dihasilkan dari analisis sampel air. Tanah dan air telah tercemar polusi hidrokarbon berbahaya ini. 

Fakta ini bisa dipandang sebagai ancaman sekaligus peluang bagi pihak pengelola wisata Teksas Wonocolo. Ancamannya adalah wisatawan menjadi takut berkunjung karena tempat yang kurang aman bagi kesehatan. Peluangnya adalah dengan pengetahuan ini pengelola dapat mempersiapkan diri melakukan usaha mitigasi polusi yang jika berhasil justru akan meningkatkan kepercayaan wisatawan dan bahkan asesor UNESCO bahwa tempat ini environmentally friendly dan human health safe certified. Setidaknya bisa memulai mempersiapkannya sedari sekarang. 

Baca Juga :   Masjid dan Peran Memakmurkan Umat

Dari sudut pandang orang lingkungan, satu dari banyak solusi yang bisa ditempuh adalah mengurangi/menghilangkan kandungan hidrokarbon tanah dan air tersebut menggunakan surfaktan. Surfaktan yang berasal dari limbah organik dapat menjadi pilihan karena umumnya mudah ditemukan dan dapat disediakan secara mandiri oleh masyarakat lokal. Riset terbaru oleh salah satu mahasiswa ITS menunjukkan bahwa limbah organic seperti serasah daun dan residu rumen hewan ternak dapat digunakan sebagai agen penurun kandungan hidrokarbon pada tanah yang tercemar. Metode ini dapat menjadi opsi karena mudah dilakukan dan bahan-bahanya juga tersedia di sekitar lokasi. Diprediksi penggunaan bahan ini mampu melarutkan hingga 10 ribu µg/g hidrokarbon tanah hanya dalam waktu 1-2 bulan. 

Dari perspektif selain orang lingkungan, cara-cara lain untuk menghindari cemaran hidrokarbon juga dapat ditempuh. Misanya dengan meminimalisir kontak pengunjung dengan air dan tanah dengan cara membuat standar baju dan alas kaki khusus bagi pengunjung. Pembuatan trek atau jalan khusus juga dapat membantu mengurangi kemungkinan kontak pengunjung dengan tanah dan air. Pengawasan petugas dan edukasi calon pengunjung sebelum memasuki area wisata tentang potensi bahaya ini juga dapat dilakukan. Intinya adalah perkembangan wisata Teksas Wonocolo harus tetap kita dukung, tentunya sekarang dengan pemahaman kesehatan lingkungan yang lebih baik. 

Penulis adalah Warga Templokorejo, Kecamatan Gayam, Master of Environmental management, University of Queensland.


»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *