SuaraBanyuurip.com – Winarto
Ancaman warga Dusun Kapol, Desa Katur, Kecamatan Kalitidu, untuk menghentikan pemasangan pipanisasi 6 inci milik Pertamina EP Cepu akhirnya dibuktikan setelah PT. Barata Indonesia, pelaksana proyek pipa, mengingkari janji bertemu mereka, Kamis (29/12). Puluhan warga menyisir lokasi pemasangan pipa mulai perempatan Pasar Desa Gayam, Kecamatan Ngasem hingga sepanjang 2 kilometer ke arah timur SMPN 2 Ngasem.
Dari pantauan, puluhan warga mendatangi para pekerja yang sedang melakukan pengelasan pipa. Mereka meminta agar pekerja mematikan mesin gensetnya. Mendapat paksaan warga, pekerja pun menuruti dan kemudian menggulung kabel dan mengangkut mesin gensetnya.
Ada sebanyak 4 buah mesin genset yang hentikan warga. Mesin genset itu digunakan untuk menyambung pipa minyak Blok Cepu dari Gas Oil Separation Plant (GOSP) Banyuurip – Mudi, Tuban.
“Ayo berhenti semua. Jangan ada yang bekerja sebelum PT. Barata menemui kami,” teriak Subakoh salah satu warga.
Dia menegaskan, penghentian pipanisasi ini dikarenakan tidak ada itikad baik dari PT. Barata. Kontraktor salah satu anak perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) itu telah ingkar janji untuk menemui warga sekitar pukul 11.00 wib.
“Sesuai informasi dari salah satu pekerja PT. Pangastuti Exellent perwakilan Barata akan menemui warga.Tapi setelah kita tunggu-tunggu tidak datang juga,” ungkapnya.
PT. Pangastuti Exellent merupakan salah satu subkontraktor PT. Barat yang mengerjakan pipanisasi mulai kilo meter 2.26 sampai kilometer 0.46.
Seperti diketahui, penghentian pipanisasi ini karena PT. Barata belum juga memberikan kompensasi kepada 24 kepala keluarga (KK)-bukan 26 KK- disekitar proyek. Padahal sejumlah warga di beberapa desa disekitar proyek telah memperoleh kompensasi dari PT. Barata.
Tampak Kepala Desa Gayam, Pujiono, datang ke lokasi untuk menemui warga dan mencoba memfasilitasi dengan pihak kontraktor.