SuaraBanyuurip.com –Ririn Wedia Nafitasari
Program pengembangan masyarakat di bidang ekonomi yang digulirkan Operator Migas Lapangan Sukowati telah menumbuhkan jiwa usaha kaum perempuan disana. Mereka pun mulai merintis home industri kripik waluh.
Waluh, bagi sebagian orang adalah tanaman yang tidak memiliki nilai jual karena hanya digunakan sebagai salah satu bahan sayuran. Namun ditangan kelompok perajian Desa Ngampel, Kecamatan Kapas, Bojonegoro, waluh dapat diolah menjadi kripik yang memiliki nilai jual tinggi. Bahkan sangat prospek dikembangkan sebagai home industry.
Camilan ringan berbahan baku waluh dan tepung itu, sekarang ini, tengah digeluti sekitar 30 ibu-ibu yang tergabung dalam 6 kelompok usaha bersama (KUB) Desa Ngampel. Setiap harinya, kaum perempuan ini mampu mengolah 30 kg waluh untuk dijadikan kripik.
Kripik waluh yang mulai diproduksi perajin Desa Ngampel setahun lalu ini ternyata sudah dipasarkan, walaupun masih sangat terbatas. Yakni baru dipertokoan sekitar dan tetangga desa dengan kemasan sederhana. Namun, semangat para ibu-ibu itu untuk mengembangkan kripik waluh ini sangatlah tinggi. Mereka berobsei memasarkan produksinya ke super market, baik didalam maupun luar Bojonegoro dengan kemasan Rp. 5.000/350 gram.
“Kita menunggu produksi ini dipatenkan dan memperoleh izin dari Dinas Kesehatan (depkes) sebelum dipasarkan secara umum. Sekarang ini sedang dalam proses uji kandungannya (pada kripik waluh),†kata Pudjianto, Kepala Desa Ngampel.
Selain itu, untuk menunjang produksi keripik waluh ini, ada beberapa peralatan yang harus dilengkapi. Yakni open dan kompor untuk melakukan produksi secara rutin meskipun musim penghujan.
“Kalau musim kemarau produksi tidak ada kendala. Tapi bila musim hujan seperti ini produksi jadi terganggu karena belum memiliki open,†ungkap pria yang dilantik sebagai Kades April 2008 silam ini.
Yang tak kalah pentingnya, kata Pudjianto, adalah kesiapan bahan baku yakni waluhnya. Meski waluh baku didapat, namun jika produksi kripik ini sudah meningkat dipastikan akan kekurangan bahan baku.
“Karena itu kita sudah meminta warga disini untuk menanam waluh karena hasilnya akan kita tamping (beli),†sergahnya.
Menurutnya, dengan berkembangnya usaha kripik waluh ini nantinya dipastikan akan mampu membuka kesempatan kerja dan meningkatkan kesejahteraan warga. Sebab, dalam usaha ini akan membutuhkan tenaga produksi dan pemasaran. Lain itu, dapat meningkatkan nilai jual waluh yang ditanam warga.
“Target kita kedepan desa sini menjadi sentra industri kripik waluh,†tegas bapak yang memiliki tiga anak ini.
Pudjianto menambahkan, KUB yang memproduksi kripik waluh ini merupakan binaan Joint Operating Body Pertamina – PetroChina East Java (JOB P-PEJ), Operator Migas Lapangan Sukowati, Blok Tuban. Untuk meningkatkan keterampilan ibu-ibu tersebut JOBP-PEJ sebelumnya sudah pernah memperoleh pelatihan pembuatan keripik yang digelar Balai Latihan Kerja (BLK) Disnakertransos Bojonegoro.
“Ini (usaha kripik waluh) merupakan salah satu program CSR (corporate social responsibility) dibidang ekonomi dari JOBP-PEJ,† ujarnya.
Dikonfirmasi terpisah, Field Admin Supertendent (FAS),JOB P-PEJ), Hananto Aji menambahkan, program pengembangan masyarakat yang dilaksanakan di sekitar Lapangan Sukowati ini merupakan hasil usulan dari masyarakat yang disampaikan dalam tim pembangunan masyarakat (TPM) desa yang terdiri dari beberpa uunsur yang ada di desa. Dalam pelaksanaannya, program yang digulirkan ini dikelola, dilaksanakan dan diawasi masyarakat langsung agar lebih tepat sasaran.
“Jadi kita hanya mensuport apa yang dibutuhkan masyarakat. Karena kita ingin menjadi bagian dari masyarakat,†sambung Hananto.
Dia menjelaskan, ada beberapa bidang program pengembangan masyarakat yang digulirkan JOBP-PEJ kepada warga sekitar. Yakni bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan infratruktur.