SuaraBanyuurip.com –
Denpasar, Bali – Tak ada yang menyangkal Pulau Bali mempunyai beragam esthetics (keindahan) yang memukau. Dari mulai pesona alam wisatanya sampai dengan keberagaman kearifan lokal yang tercover dan terproteksi dari gangguan luar. Menjadikan Pulau Dewata suguhan wajib yang ada disemua lini tempat wisata.
Namun, ada hal lain yang mungkin tidak terbersit dibenak semua orang. Dimana peranan kedewasaan masyarakatnya sebagai tuan rumah merupakan faktor pendukung yang mempunyai peranan sangat besar menjadikan Bali sebagai pulau yang kita kenal saat ini, Sabtu (14/7/2012).
Seorang kawan bercerita saat sarapan pagi di kantin Hotel Grand Whiz Kuta, Bali. Malam itu dia melihat beberapa turis mancanegara dalam keadaan mabuk berat dan menghadang beberapa kendaraan milik penduduk asli Bali yang melintas dijalan raya. Namun, anehnya, dari semua penduduk yang kendaraannya dihadang turis itu tidak marah sedikitpun. Bahkan warga membiarkan turis itu minggir dengan sendirinya.
Padahal sebagai penduduk pribumi mereka lebih mempunyai kekuatan untuk melakukan kekerasan untuk melawan turis yang mabuk berat itu. Namun Warga Bali tidak melakukannya.
“Mereka tidak marah sama sekali. Tapi justru seolah sadar dan memperlakukan turis itu dengan sebaik-baiknya sebagai tamu yang harus dihormati, ” ujar seorang kawan yang juga salah seorang wartawan pagi itu.
Secuil cerita itu mungkin bisa menjadi gambaran betapa pentingnya kesadaran masyarakat untuk mendukung sebuah wisata didaearahnya, selain keindahan panorama alam. Mungkin, karena keramahan masyarakat tuan rumah inilah yang membuat Bali tak pernah lengang dari wisatawan. Meskipun sempat digunjang bom dahsyat, Bali masih di menjadi tempat jujugan wisatawan domestik maupun mancanegera.
Hal menarik lainnya saja jumpai ketika saya dan rombongan beranjak kesalah satu tempat wisata andalan di Bali, Tanah lot. Dalam perjalanan bus kami beberapa kali terkena macet. Dari balik jendela kaca bus saya melihat tidak ada satu pun petugas polantas yang turun kejalan untuk mengatur lalu lintas. Dibeberapa perempatan kondisinya semrawut dan disna-sini semakin tidak beraturan.
Namun, saat bersamaan, saya melihat sesuatu yang membuat saya kagum. Yakni ketika beberapa kali kendaraan Turis (domestik maupun non domestik) melintas dijalan ini didahulukan oleh pengendara motor dan mobil pribadi.
Hal kecil ini sempat menjadi pembahasan sarapan pagi tentang keramahan penduduk yang menggelitik pikiran saya. Sehingga membuat saya penasaran untuk menanyakan kepada travel pemandu wisata Kami di Bali.
“Mereka seolah sudah diwarisi oleh leluhur mereka untuk terbiasa menjadi tuan rumah yang baik, kecuali saat nyepi mereka akan dengan tegas menghentikan segala aktifitas dari bandara penerbangan, hotel dan tempat wisata yang ada,” jawab salah satu crew Padma tour n Travel, saat SuaraBanyuurip.com menanyakan hal ini.
Beberapa hal kecil dan penjelasan yang sempat saya temukan di Bali ini membuat saya teringat rencana Kepala Dinas Perekonomian dan Pariwisata Tuban, Farid Achmadi, yang merencanakan membentuk desa wisata di Tuban tahun depan.
Semangat Farid untuk mengangkat potensi lokal melalui program Desa Wisata begitu tinggi. Alasanya ia sederhana. Karena Tuban banyak potensi wisata lokal. Sebut saja Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang, yang terkenal dengan tanaman Blimbing madunya. Kemudian di wilayah Kecamatan Jatirogo terkenal dengan pengolahan makanan ringan yang berbahan jagung. Termasuk juga sejumlah desa di wilayah Kerek yang dikenal dengan batik tulisnya.
Bahkan beberapa ahli pariwisata dari ITS Surabaya didatangkan Pemkab Tuban untuk melakukan kajian dan rencana penataan tempat wisata tersebut sebelum diajukan ke DPRD Tuban.
“Kami juga akan melibatkan semua lapisan masyarakat, dari LSM, Ormas, masyarakat dan perusahaan yang ada di Tuban,” ujar Farid seperti yang diberitakan www.suarabanyuurip.com beberapa waktu lalu.
Kemudian yang jadi pertanyaan dalam benak saya, mungkinkah masyarakat Tuban sudah siap untuk menyambut Program Desa Wisata? Bagaimana menumbuhkan kesadaran masyarakat Tuban agar menghormati dan menghargai para wisatawan? Â
Semoga tim ITS yang didatangkan Pemkab Tuban untuk melakukan kajian rencana pembangunan Desa Wisata tidak hanya melakukan penataan kawasan wisata. Namun juga bagaimana nantinya mendidik masyarakat Tuban sebagai tuan rumah yang terbiasa untuk berkomitmen dalam menghargai setiap tamu yang kelak akan berwisata di Tuban. (edy purnomo)