SuaraBanyuurip.com -Â Ririn W
Bojonegoro – Pemerintah pusat maupun daerah dinilai terlambat menyiapkan infrastruktur pendukung proyek migas Blok Cepu, khususnya jalan. Akibatnya, proyek migas yang tengah berlangsung yakni pengangkutan tanah urug maupun alat berat malah memperparah kondisi infrastruktur yang ada. Â
“Seharusnya fasilitas transportasi disiapkan lebih dulu agar proyek disini tidak malah merusak jalan yang sudah ada,” kata Joko wahyudi, anggota Pusat Studi Transportasi dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta disela menjadi narasumber program perbaikan jembatan Dusun Kaligongglong – Templokorejo, Desa Gayam, Kecamatan Ngasem dan penyediaan transportasi sementara yang dilaksanakan Mobil Cepu Limited (MCL), operator migas Blok Cepu – Lembaga Informasi Masyarakat Banyuurip Bangkit (LIMA 2B) di Griya Dhamra Kusuma (GDK), Rabu (25/7) kemarin.
Menurut dia, perbaikan yang dilakukan adalah dengan mengganti konstruksi jalan dengan beton agar lebih kuat. Hal itu disesuaikan dengan kondisi tanah di wilayah Bojonegoro yang labil (gerak). Hanya saja, untuk jalan beton ini memiliki kelemahan yang biasanya dikeluhkan sopir maupun pemilik jasa armada karena membuat roda cepat tipis.
“Pembangunan itu seharusnya bisa dilakukan sejak dulu. Karena pajak dari Exxon yang diterima negara juga banyak. Sangat lebih kalau untuk membangun konstruksi jalan seperti itu,” ungkap Joko.
Dia menjelaskan, dengan kondisi jalan Bojonegoro sekarang ini dan meningkatnya jumlah armada proyek baik Blok Cepu maupun doubel track (jalur ganda) kereta api idealnya bermuatan 3 - 4 ton. Walaupun semestinya jalan nasional itu memiliki batasan tonase sampai 10 ton.
“Ini untuk menjaga agar kondisi jalan disini tetap awet. Untuk itu harus ada pengawasan dan berpola berimbang. Artinya, tidak mengerahkan semua armda yang ada untuk mengejar target proyek,” pungkasnya. (suko)Â