SuaraBanyuurip.com – Ririn W
Bojonegoro – Direktur Utama Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), PT Bojonegoro Bangun Sarana (BBS), Deddy Affidik, sangat menyayangkan sikap beberapa operator minyak dan gas (Migas) yang beroperasi di Bojonegoro yang tak mau repot dalam memberi pelatihan kepada warga setempat. Akibatnya, potensi lokal baik warga maupun perusahaan lokal tak dilibatkan dalam proyek Migas.
“Terbukti, masih banyak kontraktor luar Bojonegoro terutama dari Jakarta yang memenangkan tender dalam paket pekerjaan di proyek mereka,†kata Deddy kepada SuaraBanyuurip.com, Senin (28/1/2013).
Seharusnya, tambah mantan pejabat operator ladang Migas Blok Cepu, Mobil Cepu Ltd (MCL) ini, operator Migas sadar diri jika persiapan masyarakat Bojonegoro dalam menyongsong industri Migas masih kurang. Mereka butuh pelatihan agar bisa mengikuti irama kebutuhan di dalam proyek.
“Kalau dilibatkan langsung, ya jelas tidak mungkin karena tenaga lokal baik person maupun pengusaha lokal masih minim keterampilannya,†imbuh pria berkacamata minus ini.
Deddy menyimpulkan jika operator migas dan kontraktornya tidak mau repot, mereka hanya mau tahu jika yang mengerjakan orang luar dan berkualitas. Tanpa mau memperhatikan banyak pula potensi lokal yang bisa dilbatkan.
“Contoh saja kasus yang ada di Blok Gundih, Pertamina EP sebagai operator tiba-tiba menggandeng kontraktor dari Jakarta dalam penyediaan truk tangki untuk jasa pengangkutan minyak, tanpa melibatkan warga lokal. Akibatnya sampai mereka melakukan demo,†paparnya.
Dia katakan, seandainya Pertamina EP memberikan kesempatan kepada warga lokal untuk mengurus ijin B3, sebagai persyaratan pengangkutan minyak atau paling tidak bekerjasama dengan BUMD, tidak akan ada aksi demo atau blokir jalan seperti beberapa waktu lalu.
“Oleh sebab itu melalui program Corporate Sosial Responsibility (CSR), kami berharap mereka mau memberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau training. Sehingga memiliki sertifikasi tertentu sebagai modal menyongsong industrialisasi migas,†tukasnya. (rien)