SuaraBanyuurip.com – Athok Moch Nur Rozaqy – Samian Sasongko
Bojonegoro – Insiden tewasnya Khorul Anam (11), dilokasi proyek Well Pad B Banyuurip, di Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Senin (25/2/2013) sekira pukul 14.30 WIB siang tadi, memunculkan pertanyaan dikalangan warga sekitar pemboran. Mereka menilai tewasnya siswa kelas dua SDN Bonorejo, Kecamatan Gayam, itu penuh kejanggalan.
Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Banyuurip – Jambaran (Forkomas Ba-Ja), Parmani, mengungkapkan, insiden tewasnya Khoirul Anam itu disinyalir banyak kejanggalan. Sebab tewasnya korban saat berenang digubangan air sedalam tiga meter.
“Tidak mungkin bocah sekecil itu akan nekad berenang dikedalaman tiga meter,” kata Parmani kepada suarabanyuurip.com, Senin (25/2/2013) malam.
Dia menduga, korban tewas bukan karena berenang di kubang air tersebut. Melainkan korban bersama teman-temannya sedang dikejar security.
“Bisa jadi ketika berada didalam lokasi itu mereka dikejar security, ketakutan dan lari kemudian korban (Khoirul Anam) terpeleset dibekas galian itu,” ungkap Parmani menerka.
Untuk itu, Parmani, meminta kepada polisi untuk turun tangan mengusut kasus tersebut agar penyebab kematian korban bisa terungkap dengan sebenar-benarnya.
“Insiden ini harus diselediki sampai tuntas,” tegas tokoh masyarakat Desa Brabowan, Kecamatan Gayam.
Parmani menilai, kejanggalan lainnya adalah tentang standart safety (keselamatan) yang diterapkan anak perusahaan ExxonMobil, Mobil Cepu Limited (MCL), operator Migas Blok Cepu dalam kegiatan proyek tersebut. Sebab selaku pemilik proyek, perusahaan yang menjunjung tinggi standar keselamatan itu telah membiarkan anak-anak masuk secara bebas didalam lokasi proyek hingga menyebabkan seorang bocah asal Desa Bonorejo tewas di dalam lokasi proyek.
“Standar keselamatan bertaraf international yang diterapkan MCL maupun kontraktornya patut dipertanyakan dengan adanya insiden ini,” tegas Parmani.
Parmani mendesak, agar MCL mengevaluasi ulang seluruh standart pengamanan di lokasi proyek Blok Cepu. Selain itu, MCL dan kontraktornya bertanggungjawab baik secara moril maupun mateteriil kepada keluarga korban.Â
“Saya minta MCL harus bertanggungjawa atas insiden ini. Karena operatorlah pemilik proyek yang mengendalikan semua proyek disini,” tandas Parmani.
Pada bagian lain, Koordinator Alianasi Masyarakat Banyuurip Peduli Amdal (AMBPA), Sopolo, mengaku, akan melayangkan somasi ke operator untuk bertanggungjawab atas Khorul Anam di lokasi proyek engineering, procurement and constructions (EPC) – 1 Banyuurip.
“Saya juga akan mengirimkan surat ke Komnas HAM untuk menyelediki kaasus ini,” sambung Supolo. (roz/sam)Â