SuaraBanyuurip.com – Samian Sasongko
Bojonegoro – Petani di desa ring 1 pemboran migas Blok Cepu mengaku hasil produksi pertaniannya mengalami penurunan hingga satu ton semenjak adanya proyek banyuurip. Merosotnya produksi pertanian itu diantaranya dikarenakan dampak proyek seperti rusaknya saluran air dan polusi debu yang menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh secara maksimal.
Suro, salah seorang petani asal Desa Bonorejo, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, misalnya. Dia mengaku, proyek Banyuurip banyak memberikan dampak negatif terhadap tanaman pertanian di sekitarnya. Misalnya, pada musim hujan banyak tanaman pertanian yang kebanjiran karena rusaknya saluran irigasi di sekitar proyek. Begitu juga saat musim kemarau seperti ini, banyak tanaman yang terkena debu.
“Saat hujan lebat tanaman padi saya selalu tergenangi air dan rusak, Pak. Sedang ketika musim kemarau tanaman yang dekat lokasi daunnya banyak tertempel debu sehingga membuat pertumbuhan tanaman tidak maksimal,” kata Suro ditemui saat menanam jagung di sawah yang tak jauh dari lokasi proyek Banyuurip, Rabu (21/08/2013).
Dia mengungkapkan, kerapnya tanaman tergenang air saat musim penghujan itu disebabkan saluran air yang semula bisa mengalir dengan menyebar kesawah-sawah sekarang dijadikan satu dan sering meluber ke areal persawan. Hal itu terjadi karena pematang sawah banyak yang diratakan untuk lokasi proyek.
“Akibatnya hasil panen petani menurun dibandingkan sebelum ada pengerjaan proyek,” tegas Suro.
Dia mengaku, sebelum adanya proyek biasanya setiap satu hektar tanaman padi bisa mengasilkan 4-5 ton. “Sekarang rata-rata tinggal panen 3-4 ton. Itu pun sudah ngoyo,” tuturnya.
Rasemi, Istri Suro, berharap, perusahaan harus segera mengantisipasi dengan sungguh-sungguh dampak dari proyek yang dilaksanakan. Agar petani di sekitar lokasi proyek Banyuurip kususnya petani Bonorejo tidak merugi karena merosotnya hasil panen.
“Dampaknya tidak hanya merusak tanaman saja. Tapi juga suara bising genset saat malam hari. Tidur jadi tidak bisa nyenyak, Mas,” timpal Resemi.
“Paling tidak ya dikasi ganti untung lah, Pak. Tidak harus dibiarkan begitu saja,” lanjut dia, berharap.
Tokoh masyarakat Bonorejo, Pujianto, membenarkan kejadian tersebut. Namun, jika terkait dengan kerusakan tanaman sebenarnya tidak terlalu. Karena, kondisi banjir disepanjang sawah sekitar lokasi itu sudah sejak dulu ada. Hanya saja kondisinya lebih besar sekarang, dibandingkan sebelum ada pengerjaan proyek.
“Jika soal kerusakan tanaman padi dimusim hujan itu jelas ada tapi tidak seberapa, Mas. Namun, jika daun tanamanan yang terkena debu disaat kemarau dan suara bising itu benar, sangat mengganggu warga,” sambung pria bertubuh gendut itu, menerangkan.(sam)