SuaraBanyuurip.com -Â Samian Sasongko
Bojonegoro – Pemboran sumur minyak tua berbeda dengan sumur minyak Banyuurip, Blok Cepu. Selain peralatan yang digunakan sederhana, pemboran yang dilakukan tidak terlalu dalam.
Seperti pemboran sumur minyak tua di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, hanya membutuhkan kedalaman sekira 300 – 400 meter. Dengan kedalaman itu sudah mengeluarkan minyak berupa lantung.
Sedangkan untuk sumur Banyuurip mencapai kedalaman 3000 meter lebih baru mendapatkan sumber minyak.
“Selain itu pengeboran sumur minyak tua ini juga tidak memerlukan waktu yang lama,” kata salah satu pemilik sumur minyak tua di Desa Wonocolo, Preti.
Untuk mengebor sumur peninggalan belanda itu hanya membutuhkan waktu kisaran 2 sampai 3 bulan dan kemudian diproduksi.
“Alhamdulillah dalam satu mingguan ini sumur saya sudah bisa dikeluarkan minyaknya. Tinggal melakukan pemasakan menjadi solar maupun gas,” ujar Preti, mengungkapkan.
Salah satu pembeli eceran, Budianto, mengaku, meskipun dikelola secara tradisional. Namun, kondisi minyaknya juga tidak kalah dengan minyak dari sumur lain yang diolah dengan peralatan yang canggih.
“Setiap hari saya kulakan solar maupun gas disumur Wonocolo. Dengan menggunakan jerigen,” aku Budianto yang mengaku warga asal Kabupaten Blora, Jawa Tengah itu.(sam)