SuaraBanyuurip.com -Â Athok Moch Nur Rozaqy
Bojonegoro – Komunitas pegiat literasi bernama Langit Tobo menggelar kajian rutinan di Desa Ngraho, Kecamatan Gayam, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Minggu (5/4/2015) kemarin.
Komunitas yang berbasis di wilayah Kabupaten Bojonegoro barat ini membahas tentang sejarah minyak dan gas bumi (Migas) Blok Cepu dengan menghadirkan nara sumber Direktur Bojonegoro Institute (BI), Abdul Wahid Syaiful Huda dari LSM Lokal yang konsen menyoroti industri migas.
Selain memaparkan tentang sejarah singkat Blok Cepu, AW, demikian biasa, menyampaikan tentang berbagai kemungkinan dampak adanya industri migas. Termasuk menyangkut bagaimana kebijakan yang diambil pemkab Bojonegoro.
“Bojonegoro jangan tergantung kepada migas,” ucapnya.
Dalam diskusi yang dihadiri oleh sejumlah perwakilan karang taruna, mahasiswa, Kelompok Informasi Masyarakat (KIM), dan komunitas Blogger Bojonegoro, AW menyampaikan, salah satu kebijakan yang dia kritisi adalah tentang implementasi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 23 Tahun 2011 tentang Konten Lokal. Meski secara konsep dinilai bagus namun menurut dia masih perlu dievaluasi.
“Faktanya konten lokal belum sepenuhnya mengakomodir masyarakat lokal,” ujarnya.
Tidak hanya itu saja, sejumlah peserta juga membahas visi dan misi pemkab Bojonegoro tentang Lumbung Pangan dan Energi. AW, menuturkan sejauh ini pihaknya belum pernah mendengar sebuah cerita kalau daerah yang terdampak pasca eksplorasi dan ekploitasi Migas lahannya bisa subur.
Namun demikian, AW juga mengapresiasi langkah pemkab dalam merumuskan konsep dana abadi migas. Pihaknya mendukung upaya yang dilakukan Pemkab Bojonegoro agar pemasukan dana dari migas dapat disimpan dan dimanfaatkan dalam jangka panjang. (Roz)