SuaraBanyuurip.com – Ririn Wedia
Bojonegoro – Bupati Bojonegoro Anna Muawanah mengingatkan kepada masyarakat di bantaran Sungai Bengawan Solo untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi bencana banjir. Hal ini menyusul terus meningkatnya tren debit air sungai terpanjang di Pulau Jawa.
“Waspada dan selalu waspada. Jangan sampai ada korban,” pesan Bupati Anna saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) banjir bersama Kapolres Bojonegoro di Penampungan Gedung Serbaguna dan TBS (Taman Bengawan Solo) Rabu (6/3/2019) malam.
Saat ini Bojonegoro memasuki siaga hijau (II), dengan tinggi muka air (TMA) di papan duga menyentuh angka 14.53 mdpl pada pukul 06.00 Wib pagi tadi. Dipastikan TMA Bengawan Solo di Bojonegoro meningkat karena di bagian hulu mulai surut. Dari ketinggian 27.48 mdpl menjadi 27.25 mdpl.
Bu Anna, sapaan akrab Bupati Bojonegoro, menjelaskan dalam mengantisipasi banjir kali ini pemkab Bojonegoro telah menyiapkan penampungan pengungsian di beberapa titik seperti di Gedung Serbaguna ini, beberapa tempat lainnya.
Selain itu, Bu Anna juga telah meminta kepada organisasi perangkat daerah (OPD) seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial untuk menyiapkan pos kesehatan serta dapur umum.
“Perkirakan kita debit air akan terus meningkat karena di wilayah hulu mulai surut,” ucapnya.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Nadia Ulfa menambahkan TMA Bengawan Solo di Bojonegoro sekarang inu mencapai siaga II, dan diprediksi sampai siaga III (merah) dengan ketinggian 15.00 mdpl.
BPBD Bojonegoro, lanjut dia, telah melakukan berbagai persiapan antara lain menyiagakan seluruh personil termasuk sarana prasarana (sarpras) dengan menyiapkan karung pasir untuk penahan doorlaat ditanggul kota.Â
“Setiap satu jam sekali kita akan update TMA dan kami informasikan ke masyarakat melalui media,” pungkasnya di sela-sela mendampingi sidak Bupati.
Akibat meluapnya Bengawan Solo ini, sejumlah desa di beberapa kecamatan mulai kebanjiran. Diantaranya Kecamatan Kasiman, Gayam, Kalitidu, Dander, dan Bojonegoro.
Air mulai memasuki pekarangan dan rumah warga. Lahan pertanian dan infrastruktur publik tergenang. Bahkan sejumlah warga mulai mengungsi di penampungan.(rien)