Musim hujan tak selalu memunculkan bencana. Namun juga mendatangkan berkah bagi warga sekitar hutan. Seperti dialami Sani, warga Dusun Soko, Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang meraup banyak keuntungan dari jual “jamur barat”.
Seperti biasa, di pagi buta usai salat subuh perempatan Ngasem dipenuhi warga. Mereka sedang menjajakan barang dagangannya. Beberapa hari ini tempat jualan Mbah Sani selalu dipenuhi pembeli tak seperti bisasannya. Ternyata puluhan warga tersebut sedang mengantre untuk membeli Jamur Barat yang dijajakan Mbah Sani.
Disela-sela melayani pembeli, Mbah Sani, membuka cerita kepada Suarabanyuurip.com. Setiap musim penghujan tiba, penduduk desa sekitar hutan mendapat dua berkah musiman jika mau berburu. Yakni, berburu enthung (kepompong ulat daun jati), dan ‘jamur barat’ atau bernama latin clitocybe nebularis.
“Biasa setiap sehabis salat subuh saya jualan sayur sayuran di perempatan Ngasem sini. Semingguan ini juga jualan jamur barat, alhamdulilah laris terjual semua,” kata Mbah Sani.
Tak mudah bisa mendapatkan jamur barat. Karena butuh waktu lama mencarinya, sejak habis salat isya’ hingga jam 12 malam. Dan jamur barat tersebut diperolehnya di wilayah hutan sekitaran lokasi wisata Kayangan Api.
“Hasilnya lumayan, lima bungkus saya jual dapat uang Rp. 100.000. Jamur barat ini tentu jadi berkah bagi kami. Karena dapat meraup keuntungan banyak, dan bisa buat kebutuhan sehari-hari,” ujar Nenek berusia 68 tahun ini.
Warga desa sekitar ladang Gas Jambaran-Tiung Biru (JTB) ini merinci, jamur barat yang dibungkus dengan daun jati berisi antara 23 sampai 25 tangkai per bungkus. Sebungkusnya dihargai Rp. 20.000 tak bisa ditawar. Karena selain mencarinya sulit adanya juga setahun sekali hanya di musim hujan, dan letaknya juga di hutan.
“Jamur barat ini jika dimasak, rasanyapun enak dan punya khas tersendiri berbeda dengan jamur jenis lainnya. Kalau soal hasil, berapapun tak syukuri saja, Pak,” pungkasnya.(Arifin Jauhari)