Wahana Kampung Drenges Terapkan Konsep Wisata Gratis

22160

SuaraBanyuurip.com – Arifin Jauhari

Bojonegoro – Wahana Kampung Drenges (WKD) di Desa Drenges, Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menerapkan konsep wisata gratis bea masuk dalam rencana pengelolaannya. Pengunjung bebas masuk objek wisata tanpa dipungut biaya.

Pemilik WKD, Prasetyo Handriyanto menjelaskan, konsep gratis yang diterapkan bukan berarti objek wisata miliknya tidak punya pemasukan. Karena sumber keuangan diambilkan dari wahana dan oultet berbagai jenis kuliner yang tersedia.

“Mulai dari tempat parkir sampai pada lokasi objek wisatanya kami gratiskan, karena biaya operasionalnya diambilkan dari hasil penjualan stand milik sendiri,” jelasnya.

Seluruh produk kuliner yang ada di stand, kata bapak satu putri ini, mulai dari hulu sampai hilir adalah milik WKD sendiri. Seperti misalnya sate jamur tiram yang menjadi kuliner andalan wisata ini berasal dari budidaya tiram yang dikelolanya.

“Semua produk makanan olahan yang ada di stand kami adalah hasil produksi sendiri, ditambah produk asli Desa Drenges, balung kuwuk contohnya, adalah produk olahan singkong hasil pengembangan asli desa sini,” ujar pria yang akrab dipanggil Han ini kepada SuaraBanyuurip.com, Kamis (04/03/2021).

Pria yang juga mengajar di Akademi Farmasi Surabaya sebagai Dosen Biologi ini mengaku, membuat objek wisata tersebut dilatarbelakangi oleh keinginannya sendiri untuk turut serta membangun Desa Drenges.

“Pekerjaan saya sebagai Dosen di Surabaya sebenarnya cukup untuk keluarga kecil kami, rumah juga sudah punya di sana. Tetapi keinginan untuk ikut serta membangun Desa Drenges ini memotivasi saya membangun wahana ini,” kata lulusan Pasca Sarjana Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini.

WKD sebetulnya belum dibuka secara resmi, kata Han, karena memang masih dalam proses pembangunan, tetapi karena konsep objek wisata terbuka yang ia terapkan, setiap hari ada saja beberapa wisatawan yang berkunjung. Entah sekedar cuci mata maupun jajan kuliner. Bahkan Bupati Anna sempat mengunjungi dan menikmati kuliner sate jamur akhir 2019 lalu.

“Banyak wahana di WKD ini, ada outbond, arena perkemahan, kolam renang, Kebun Pak Tris, arena bermain, spot selfie, taman bunga, cafetaria, pusat oleh-oleh dan sebagainya. Tetapi sebagai andalan di WKD ini adalah kuliner sate jamur,” terang Sarjana S-2 yang sedang menempuh studi untuk jenjang S-3 ini.

Wisata edukasi, kata pria 32 tahun ini, yang sebetulnya sedang ia bangun. Oleh sebab itu didalamnya ada kegiatan lembaga pendidikan soft skill bernama Indonesia Institut. Termasuk keuntungan yang didapat nantinya seluruhnya didedikasikan untuk pendidikan di Pondok Pesantren yang saat ini sampai pada tahap pembebasan tanah.

Seluruh sumber dana yang dipakai Prasetyo Handrianto bersumber dari keuangan pribadi. Ia bahkan menolak jika misalkan ada bantuan keuangan dari pemerintah atau partai dialirkan untuk pembangunan WKD. Hanya dari perseorangan atau perusahaan saja yang bisa ia terima donasinya.

“Paling-paling kalaupun ada bantuan pemerintah yang kita harapkan hanya berupa dukungan infrastruktur Desa Drenges. Akses jalan yang bagus untuk sampai di wisata ini. Karena itu memang di luar wahana, bukan untuk WKD-nya langsung,” tandasya.

Terpisah, Kades Drenges Yaspingi sangat mengapresiasi adanya Wahana Wisata Edukasi WKD yang dirintis oleh Prasetyo Handrianto. Ia berharap kedepannya terjadi multiplier effect di desanya yang berpengaruh pada peningkatan pendapatan masyarakat desa.

“Konsep WKD itu melibatkan warga sekitar, karena direncanakan dalam pembangunannya ada deret stand kuliner untuk warga lokal sini yang ditempatkan di lahan parkir di luar wahana. Sehingga meski objek wisata sudah tutup, warga sini masih berpotensi mendapat penghasilan,” pungkasnya.(fin)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *