SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro
Bojonegoro – Sejak 2018, Muhammad Kholiq sudah bergelut dengan membuat motif kain sistem ecoprint. Awalnya ia mengikuti pelatihan pemanfaatan warna alami yakni dari dedaunan dan kulit pohon. Hingga kini Kholiq terus menekuni membuat motif kain ecoprint
Motif kain sistem ecoprint ini menggunakan dedaunan sekitar rumah dan tidak bisa disamai motifnya. Kholiq menjelaskan, motif kain sistem ecoprint semua berbahan dasar alam. Juga, motif yang dihasilkan bagus dan unik.
“Motif dan warna alaminya membuat produk yang dihasilkan dari kain tersebut memiliki daya tarik. Sebab, motifnya unik dan tidak bisa disamai,” katanya, Sabtu, (13/11/2021).
Motif batik ecoprint diminati banyak masyarakat. Sebab, selain memiliki motif unik juga ramah lingkungan karena berbahan dasar alami. Yakni seperti kulit kayu, dedaunan, akar hingga batang kayu yang digunakan untuk pewarna alami.
“Awal produksi batik motif ecoprint sejak 2018 lalu, setelah mengikuti bimbingan teknis di Bojonegoro pemanfaatan warna alami. Dan menekuni hingga saat ini,” kata pria asal Desa Ketileng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur itu.
Dia mengatakan, motif ecoprint mempunyai ciri khas warna lebih kalem karena berbahan dasar alam. Namun, ia mengaku kesulitan saat mencari bahan pewarna dan dedaunan. Karena bahan dasar warna kadang banyak ditemukandi hutan.
Sementara untuk pemasaran sempat terganggu karena pandemi Covid-19. Namun, pemasaran online juga sangat membantu saat pandemi. Apalagi, produk ecoprint ini dipasarkan di banyak outlet.
“Harapannya sebagai pelaku UMK di bidang produk batik saat pandemi ini masih terus bisa berkembang dan semakin dikenal masyarakat,” jelasnya.(jk)