SuaraBanyuurip.com – Pemerintah diharapkan mampu menggunakan data yang kompleks untuk memahami masalah masyarakat dan menetapkan rencana perbaikan yang tepat sasaran, responsif, dan fleksibel.
Demikian disampaikan Dr. Sri Budi Cantika Yuli, SE., dalam orasi ilmiah di Wisuda STIE Cendekia Bojonegoro, Sabtu (28/92024).
Istri calon bupati (Cabup) Bojonegoro, Setyo Wahono itu mengatakan, pemerintah Indonesia telah mengedepankan upaya penggunaan data melalui keterbukaan data dengan gerakan Open Government Partnership (OGP) pada 2011 dan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2019 untuk Satu Data Indonesia.
“Dari ketersediaan data itu, diharapkan data dapat meningkatkan kualitas keputusan pemerintah,” ucap Bu Cantika, panggilan akrabnya.
Penetapan keputusan berdasarkan data yang akurat, menurut dia, dapat membangun hubungan saling percaya antara pemerintah dengan masyarakat. Sebaliknya, kurangnya wawasan berbasis data, mengarah pada keputusan yang mengakibatkan ketidakpercayaan masyarakat.
“Keberadaan sumber daya, kepatuhan terhadap teknologi, dan kebutuhan akan keterampilan multidisiplin adalah beberapa faktor penting yang mempengaruhi pengambilan keputusan berbasis data” tegas Bu Cantika.
Keragaman data, ketersediaan data, kebenaran, ketepatan waktu, biaya penggunaan dan analisis data membatasi kemampuan pemimpin untuk menggunakan data dalam pengambilan keputusan. Belum lagi, kata dia, keputusan yang dibuat oleh pemerintah tidak bisa lepas dari politik dan kesalahan manusia.
Lebih lanjut Bu Cantika menerangkan, hasil wawancara menunjukkan bahwa budaya, norma, dan konteks kelembagaan secara signifikan mempengaruhi cara pejabat publik menggunakan data dan alat/aplikasi untuk mengelola data.
Budaya patuh, menurut dia, sangat mempengaruhi tidak hanya perilaku aparatur pemerintah. Tapi juga bagaimana pejabat menggunakan alat dan aplikasi untuk mengelola dan mengelola penggunaan data untuk pengambilan keputusan.
“Saya di sini berasa reuni, karena pertama kali saya berkarir menjadi dosen yang menerima saya adalah STIE Cendekia Bojonegoro,” pungkas perempuan yang mendapat penghargaan Woman Researcher Award ini.