SuaraBanyuurip.com – Paijan Sukmadikrama
Tuban – Banyaknya industri di wilayah Kabupaten Tuban, Jawa Timur yang diikuti dengan tanggung jawab social dan lingkungan atau sering disebut Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan, tampaknya belum fokus pada pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Sedangkan diantara variable dari pengentasan kemiskinan adalah SDM warga masyarakat, termasuk dari wilayah terdekat operasi industri.
Di Tuban telah ada lembaga Forum CSR yang ditetapkan oleh Bupati Tuban, namun geliatnya terhadap program pembangunan SDM belum terasa. Sesuai pengamatan di lapangan program dari forum yang beranggotakan para pemegang kebijakan CSR dari perusahaan tersebut, lebih mengarah pada bantuan social berupa sembaku, dan tak jarang dipakai untuk pembangunan infrastruktur.
Terkait masalah tersebut, H Riyadi dan H Wafi Abdul Rosyid, menyiapkan program sinergitas antara Pemkab Tuban dengan pelaku industri melalui Forum CSR. Konsepnya di samping untuk kepentingan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan warga sekitar industri, juga untuk bidang pendidikan.
“Bidang pendidikan dari program CSR melalui Forum CSR nanti, akan fokus pada penyiapan kebutuhan tenaga kerja sesuai yang disyaratkan oleh perusahaan. Pemkab juga akan mengeluarkan anggaran pendamping program agar benar-benar terjadi sharing anggaran,” kata Paslon Bupati dan Wabup Tuban Nomor: 01, H Riyadi dan H Wafi Abdul Rosyid, di satu kesempatan.
Secara teknis warga sekitar industri harus menjadi prioritas dalam rekrutmen tenaga kerja. Akan tetapi kandidat Bupati dan Wabup Tuban periode 2004-2029 berbasis Nahdlatul Ulama (NU) tersebut, telah menyiapkan program agar warga sekitar tak sekadar menjadi kuli atau karyawan rendahan.
“Mereka harus dipersiapkan bersama pemerintah dan industri, mulai pelatihan skill bersertifikat setara standar BNSP (Badan Nasional Sertitifikasi Profesi) hingga diberikan beasiswa ke perguruan tinggi dengan program studi (prodi) sesuai kebutuhan perusahaan,” kata Riyadi. “Dengan rancanngan program ini tak ada anak yang menerima program setelah lulus menganggur, atau tidak dipekerjakan oleh perusahaan.”
Skema program tersebut akan digodok bersama seluruh stakeholder dalam forum CSR. Dari situ pula akan diketahui, perusahaan apa butuh tenaga sepeperti apa, hingga berapa jumlah pengguna program yang dipersiapkan. Melalui program pembangunan SDM seperti itu pula, laju pembangunan kapasitas warga masyarakat yang disandingkan untuk program pengentasan kemiskinan bisa terukur.
Mengutip data statistik, Riyadi menambahkan, saat ini jumlah angkatan kerja di Tuban per Agustus 2023 729.936 orang, dengan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 74,73 persen. Pada periode sama tingkat pengangguran terbuka sebanyak 4,40 persen. Dari sisi pendidikannya para penganggur terbuka tersebut sebanyak 6,67 persen lulusan SMA, dan 6,66 persen lulusan SMK.
“Setiap tahun akan ada pertambahan jumlah lulusan SMA dan SMK, mereka yang tidak melanjutkan kuliah harus ditangani dengan program yang tepat agar tak mempertebal tingkat pengangguran kerja di Tuban,” kata Riyadi.
Agar tepat sasaran pada kebutuhan tenaga kerja di sector industri, para lulusan SMA dan SMK tersebut jika diberikan beasiswa dengan prodi yang diarahkan sesuai kebutuhan industri. Jika tak melanjutkan kuliah, mereka ditamoung dalam program pendidikan vokasi dan pelatihan skill berlisensi badan sertifikasi nasional.
“Jangan sampai program pengembangan SDM dari kolaburasi CSR dan pemerintah tidak tepat sasaran, makanya dibutuhkan kebersamaan dalam melaksanakannya,” katanya. Apalagi prosentase penduduk miskin di Tuban per Maret 2024 diangka 14,36 persen, dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 177,25 ribu jiwa, sehingga masih menjadi bagian dari lima besar kabupaten termiskin di Provinsi Jawa Timur. (ad)