Mahasiswa Unigoro Borong Juara di Ajang Bojonegoro Innovative Award 2024

Mahasiswa Unigoro.
Mahasiswa Unigoro Borong Juara di Ajang Bojonegoro Innovative Award 2024

SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro

Bojonegoro – Mahasiswa Universitas Bojonegoro (Unigoro) sukses memborong juara di ajang Bojonegoro Innovative Award (BIA) 2024. Gelar juara tersebut diperoleh tiga mahasiswa teknik industri dalam kompetisi inovasi teknologi.

Ketiga mahasiswa itu adalah Nungky Dio Febriansyah, M. Nurudduja, dan Novia Pramesti Dwi C, sukses menjadi juara pertama BIA 2024.

Mahasiswa peraih juara di BIA 2024, Nungky Dio Febriansyah mengatakan, inovasi karya berjudul Smart Farming Agriculture Drone for Fertilization tercipta karena tertarik dengan teknologi di bidang pertanian. Apalagi Bojonegoro merupakan lumbung pangan nasional dan mayoritas warganya bekerja sebagai petani.

“Namun, metode pemupukan dan penanganan hama masih menggunakan metode konvesional serta memakan banyak waktu,” katanya, Senin (9/12/2024).

Dia mengatakan, modernisasi alat pertanian dengan menggunakan teknologi drone sangat dibutuhkan petani di Bojonegoro untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Salah satunya menggunakan drone agrikultur.

“Drone karya kami ini dapat berfungsi menyebarkan pupuk dan pestisida cair maupun padat,” ujar Mahasiswa teknik industri itu.

Merangkai drone agar bisa digunakan untuk pertanian, lanjut Nungky, membutuhkan waktu empat bulan. Karena harus mengalami uji coba beberapa kali untuk bisa digunakan.

“Uji coba dengan cara memetakan daerah penyemprotan dan membuat mission plan rute,” bebernya.

Dijelaskan, bersama dua rekannya juga membuat simulasi dan perbandingan, yakni jumlah pemupukan manual dan memakai drone lebih efektif mana.

“Begitu pula durasi pemupukannya juga dihitung,” ujarnya.

Mahasiswa Teknik Industri Lainnya, M. Nurudduja mengatakan, semula tim melakukan simulasi penyemprotan pupuk organik cair (POC) di persawahan Desa Kalirejo, Kecamatan Bojonegoro, seluas 10 hektar. Hasilnya, penyemprotan manual dengan tangki semprot kapasitas 15 liter membutuhkan waktu delapan hingga 10 jam per satu hektar sawah.

Sementara penyemprotan dengan drone agrikultur hanya membutuhkan waktu satu jam. Takaran POC untuk keduanya juga berbeda. Penyemprotan dengan tangki semprot membutuhkan 3 liter POC dicampur 300 liter air. Sedangkan penyemprotan dengan drone hanya memerlukan 1 liter POC dicampur 10 liter air.

“Drone-nya pakai tenaga baterai dan bisa terbang selama 30 menit. Tentu lebih efisien pakai drone karena jangkauan penyebarannya lebih luas, tepat sasaran, serta bisa untuk produk padat maupun cair. Tinggal ganti tabungnya saja,” jelas Nurudduja.

Meskipun drone agrikultur ini bisa menyemprot pupuk atau pestisida tepat sasaran, Nurudduja menilai alat tersebut masih membutuhkan fitur-fitur tambahan.

“Misalnya fitur monitoring kesehatan tanaman secara real time. Serta pengintegrasian drone dengan aplikasi berbasis IoT (Internet of Thing) untuk mengoptimalkan pengelolaan lahan pertanian,” imbuhnya.(jk)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait