Suarabanyuurip.com – M. Alamsyah Syarifudin
Bojonegoro – Jumlah pengangguran di desa ring satu lapangan minyak Banyu Urip, Blok Cepu, wilayah Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, masih cukup tinggi. Ketersediaan lapangan pekerjaan dan minimnya keterampilan yang dimiliki pemuda menjadi penyebabnya.
Berkurangnya lapangan pekerjaan terjadi setelah proyek rekayasa, pengadaan dan konstruksi (Engineering, Procurement and Construction/EPC) Lapangan Banyu Urip di Kecamatan Gayam, dan Unitisasi Gas JTB di Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem, selesai. Praktis kondisi ini menyebabkan jumlah pengangguran bertambah.
Ketua Karang Taruna Desa Brabowan, Kecamatan Gayam, Julia Shavira Ika Maharani mengatakan, berdasarkan data terbaru jumlah pemuda Brabowan yang menganggur saat ini mencapai sekitar 46 orang.
“Angka ini tergolong cukup memprihatinkan dan menjadi prioritas bagi Karang Taruna,” kata Julia kepada suarabanyuurip.com, Kamis (22/5/2025).
Ia menjelaskan, rerata pendidikan pemuda pengangguran di Desa Brabowan adalah lulusan SMA/SMK. Namun, ada juga beberapa yang lulusan SMP, bahkan ada yang tidak menyelesaikan pendidikan sampai jenjang tersebut.
“Ini mengindikasikan bahwa mayoritas penganggur di sini memiliki latar belakang pendidikan menengah,” tegasnya.
Julia mengungkapkan, sebagian besar pengangguran belum memiliki keterampilan khusus yang memadai untuk bersaing di dunia kerja.
“Beberapa di antaranya memang punya sedikit dasar keterampilan, tapi belum sampai level profesional yang dibutuhkan industri,” ujarnya.

Menurut dia, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab masih banyaknya pengangguran di Desa Brabowan. Diantaranya minimnya keterampilan dan keahlihan pemuda yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja saat ini. Juga, kurangnya akses informasi lowongan dan ketersediaan lapangan kerja.
“Harapan kami ada program pelatihan keterampilan berkelanjutan dan sesuai kebutuhan pasar kerja. Misalnya pelatihan menjahit, reparasi elektronik, digital marketing, atau keahlian di bidang kreatif,” jelas Julia.
Kepala Desa Brabowan, Adi Sucipto menyampaikan, masih banyaknya pengangguran di Desa Brabowan ini diantaranya karena para pemuda belum memiliki pengalaman kerja. Sehingga setiap kali ada lowongan pekerjaan kalah bersaing dengan pelamar yang sudah memiliki pengalaman.
“Ini kalau tidak di support dari dirinya sendiri melalui ikut kejuruan yang dibutuhkan di project terdekat, pasti akan kalah dengan yang sudah berpengalaman,” ungkap Sucipti dikonfirmasi terpisah.
Selain pengalaman kerja, lanjut Sucipto, tidak sebandingnya ketersediaan lapangan kerja dan jumlah pencari kerja juga menjadi penyebab masih banyaknya pengangguran di Desa Brabowan. Apalagi jika ketersediaan lapangan kerja itu dari proyek di sekitar wilayah Gayam. Tentu akan dibagi dengan 12 desa.
“Setelah proyek konstruksi Banyu urip selesai, dan mulai produksi banyak yang berhenti bekerja. Karena sudah tidak banyak menyerap tenaga kerja seperti saat proyek konstruksi masih berlangsung,” tuturnya.
Oleh karena itu, Sucipto menambahkan, Pemerintah Desa Brabowan kedepan akan memberikan pelatihan keterampilan bagi pemuda. Tujuannya agar mereka memiliki bekal untuk bersaing di pasar kerja, maupun membuka usaha sendiri.
“Sehingga nantinya mereka bisa memanfaatkan ilmu yang didapat di pelatihan,” pungkasnya.(lam)






