Petani Hutan Bojonegoro Makin Mudah Produksi Kompos Organik

Unigoro.
Ketua Tim Pelaksana PKM Unigoro, Endang menyerahkan bantuan hibah 30 ton kompos organik matang dan peralatan pengomposan kepada Wono Lestari Desa Krondonan, Kecamatan Gondang.

SuaraBanyuurip.com – Kelompok Tani Hutan (KTH) Wono Lestari Desa Krondonan, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, kini semakin mudah memproduksi kompos organik. Mereka mendapat hibah paket alat pengomposan dari Tim Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) Universitas Bojonegoro (Unigoro).

Selain paket alat pengomposan, KTH Wono Lestari juga menerima hibah 30 ton kompos organik matang. Bantuan tersebut telah diserahkan pada 19 September 2025.

Hibah tersebut merupakan bagian dari program yang didanai oleh Kementrian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek) RI. Program ini mengusung konsep ekonomi sirkular yang berfokus pada pemanfaatan limbah peternakan ayam broiler menjadi pupuk organik untuk mendukung ketahanan pangan berkelanjutan.

Ketua Tim Pelaksana PKM Unigoro, Endang, memaparkan, program yang dijalankan berawal dari persoalan tentang pengelolaan limbah peternakan ayam broiler di Bojonegoro yang diperkirakan mencapai 10.248,68 ton per siklus panen. Limbah ini jika tidak dikelola dengan tepat tentu akan mencemari lingkungan.

“Terutama limbah-limbah dari kandang ayam yang proses produksinya manual,” ujarnya, Rabu (24/9/2025).

Padahal, lanjut Endang, jika limbah itu diolah melalui proses fermentasi dengan teknologi tepat guna bisa menjadi pupuk organik berkualitas yang bisa mendukung pertanian ramah lingkungan dan mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia.

“Estimasinya dari satu peternakan ini kita dapat memroduksi kurang lebih 30 ton kompos matang,” jelasnya.

KTH Wono Lestari Krondonan dipilih sebagai mitra utama karena dipercaya oleh Perhutani setempat untuk mengelola 614 hektar lahan hutan dengan komoditas utama jagung.

Berdasarkan hasil focus group discussion (FGD) beberapa kali dengan para petani sejak bulan Juni, mereka membutuhkan pupuk organik berkisar 1 hingga 1,5 ton per hektar.
Untuk mendapatkan kotoran ayam sebagai bahan baku utama pupuk organik, Tim PKM Unigoro harus menyesuaikan dengan siklus produksi ayam broiler.

“Kami mengadopsi pendekatan cleaning production, yaitu strategi optimalisasi penggunaan sumber daya pada setiap siklus produksi ayam broiler. Melalui pendekatan ini, limbah peternakan akan dikumpulkan, difermentasi, dikemas, dan didistribusikan langsung kepada petani-petani KTH Wono Lestari,” jelas wanita yang juga Dekan Fakultas Ekonomi Unigoro.

Penggunaan kompos organik ini dapat memperbaiki kesuburan tanah jangka panjang. Sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia yang sering terjadi kelangkaan dan harganya mahal.

Anggota Pelaksana Tim PKM Unigoro, Danang Ananda Yudha, menambahkan, kegiatan pengabdian yang diinisiasi timnya secara langsung mengaplikasikan metode penghitungan forecasting. Dengan sistem ini, petani-petani KTH Wono Lestari dapat mengurai masalah manajemen dan produksi agar dapat berjalan berkelanjutan.

“Bagaimana kita bisa meningkatkan ketersediaan pupuk organik secara konsisten, menekan biaya produksi petani, meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen, sekaligus menciptakan lapangan kerja baru di sektor pengolahan limbah. Kami juga ingin mendorong transformasi sistem pertanian menuju ekosistem pertanian organik yang berkelanjutan. Kami berharap hasil program ini dapat menjadi model percontohan ekonomi sirkular berbasis komunitas yang dapat di-scale up, bahkan direplikasi di daerah lain,” tandas dosen Fakultas Pertanian Unigoro.

Unigoro berkomitmen untuk berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, pemberdayaan masyarakat, dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Khususnya pada progam ini adalah ekonomi masyarakat, ketahanan pangan dan pengelolaan lingkungan.(red)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait