SuaraBanyuurip.com – D Suko Nugroho
Para pemuda sekitar ladang migas Blok Cepu, yang tergabung dalam Persatuan Karang Taruna Banyuurip kini pun mulai bangkit. Ada keinginan mereka untuk mandiri. Tidak semua pemuda ingin ngantri menjadi karyawan di MCL. Sebagian dari mereka sudah mulai menyadari keterbatasan yang dimilikinya.
Mereka ingin mengembangkan bakat yang dia miliki tanpa harus menunggu lowongan di operator Blok Cepu. “Masak semua harus menjadi karyawan MCL. Khan tidak mungkin,†kata Gito, Ketua Karang Taruna desa Brabowan, Kecamatan Ngasem.
Pemuda lajang ini kini disibukkan dengan usahanya sebagai jasa perjalanan pariwisata. Banyak order yang sudah dia terima. “Lumayan mas, kita juga bisa menambah pengalaman dan dapat sedikit pemasukan,†akunya.
Meski begitu dia tidak bisa meninggalkan tugasnya sebagai Ketua Karang Taruna desa Brabowan. Sebagai koordinator pemuda di kampungnya, Gito, ingin mengajak kawan-kawannya untuk usaha mandiri tanpa harus ‘njagakno’ menjadi karyawan MCL.
“Justru kami ingin mengajak semua pemuda bersatu bagaimana caranya menangkap peluang usaha pada proyek Blok Cepu ini,†tuturnya.
Dia ingin ada keterlibatkan pemuda dalam setiap program maupun proyek yang dilakukan operator Blok Cepu. Gito menilai, selama ini MCL sudah melaksanakan program pemberdayaan namun belum sepenuhnya melibatkan pemuda.
“Kita ini sejak awal MCL masuk sudah ingin mengetahui peluang usaha apa yang bisa dilakukan pemuda,†ungkap Gito, lagi.
Ditambahkan, selama ini banyak pemuda disekitar pengeboran yang masih belum bekerja. Hal ini dikarenakan terbatasnya skill (keterampilan) dan rendahnya ijazah yang dimiliki pemuda.
“Akibatnya keberadaan pemuda sering dijadikan alat untuk kepentingan kelompok tertentu seperti demonstrasi. Tapi setelah itu kita juga tidak memperoleh apa-apa,” terang Gito.
Karena itu, dia berharap, agar MCL dapat memberikan bantuan bagi pemuda agar mereka bisa usaha mandiri dan tidak sekadar menggantungkan pekerjaan pada operator.
“Semisal bantuan terop dan kursi untuk kebutuhan orang punya hajatan. Itu nantinya bisa dikelola dan dijalankan oleh pemuda. Sebab setiap kali ada orang punya hajatan selalu pemuda yang dimintai bantuan,” papar Gito.
Dia mengakui, keberadaan MCL di Banyuurip, sudah banyak membantu mayarakat. Kini hampir tak ada sekolahan yang jelek di sekitar Banyuurip maupun Jambaran. “Banyak program pemberdayaan yang sudah dilakukan dan dapat dirasakan masyarakat,†imbuhnya.
Gito mencontohkan, adanya program KBSR di desanya juga dapat memberikan kontribusi bagi Karang Taruna setempat. Pengelola KBSR (swiss contact) telah mengandeng pemuda untuk turut menjaga keamanan dan sebagai pensuplai pakan ternak di KBSR.
“Walau hanya sebagai penjaga malam dan pensuplai pakan ternak setidaknya program melalui KBSR ini sudah ad keterlibatan dari pemuda setempat,†ucap Gito, sembari berharap hal ini bisa dilakukan pula di desa lain yang dijadikan sasaran program MCL.