Investasi Pengolahan flare Gas Sukowati Capai Rp. 100 M

SuaraBanyuurip.comD SUko Nugroho

Rencana pembangunan fasilitas pengolahan flare gas (gas ikutan) Sumur Sukowati, Blok Tuban, oleh PT. Bangkit Bangun Sarana (BBS), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), mencapai 10 juta USD atau setara Rp. 100 miliar.

“Biaya itu untuk peralatan yang sederhana. Tapi kalau yang lebih bagus bisa mencapai 25 juta USD (Rp. 250 miliar),” kata Direktur PT. BBS, Deddy Afidick.

Biaya sebesar itu bukan dikeluarkan dari kantong PT. BBS. Melainkan investasi dari dua investor yang digandeng BBS yakni konsorsium PT. Inter Media Energy – PT. Niaga Gema Tehnologi.

“Dua perusahaan ini bergerak dibidang permodalan dan teknis,” sergah pria yang sudah lebih dari 29 tahun malang melintang di dunia hulu migas.

Investasi itu untuk membeli peralatan pengolahan gas ikutan yang rencananya akan diolah menjadi condensat, LPG dan compressed natural gas (CNG). Ketiga bahan bakar ini banyak diperlukan di wilayah Jatim.

“Juga untuk pembebasan lahan sebagai sarana pembangunan fasilitas,” tegasnya.

Sekarang ini PT. BBS masih menunggu perjanjian jual beli gas (PJBG) dari Joint Operating Body Pertamina-PetroChina (JOB P-PEJ) untuk mengolah gas ikutan sebanyak  10 milion meter standar cubic feed day (MMSCFD).

Baca Juga :   Blora Berpotensi Rugi Rp100 Miliar

Lahan yang akan digunakan untuk pembangunan pengolahan flare gas ini seluas 3 ha (3000 m2) yang terletak di Dusun Plosolanang, Desa Campurjo, Kecamatan Bojonegoro. Per meternya lahan tersebut dibebaskan oleh BBS dengan harga Rp. 200 ribu.

“Lahan ini milik 12 orang dan harga yang diberikan itu sudah tinggi,” kata Imam Sutikno tokoh masyarakat Desa Campurjo yang memfasilitasi pembebasan lahan tersebut. 

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *