SuaraBanyuurip.com – Pambudi Respationo
Aktivis lingkungan hidup di Tuban menggelar aksi unjuk rasa di
bundaran patung depan gedung DPRD Tuban di kawasan Jalan Teuku
Umar-Tuban. Dalam aksi teatrikal itu mereka menolak pendirian pabrik
semen PT Holcim Indonesia Tbk di wilayah setempat, Rabu (22/2/2012).
Aksi yang diikuti sekitar 12 orang aktivis ini merupakan aksi kedua,
setelah sebelumnya berunjuk rasa di Kantor Perwakilan Holcim Tuban di
Jalan Basuki Rahmad pada hari Kamis (16/2/2012) lalu. Tuntutannya pun
serupa dengan aksi yang diawali long march keliling di jalur Pantura
Tuban tersebut.
Pantauan di lokasi aksi menyebutkan, para akstivis setelah berjalan
dari jalur Pantua di kawasan jalan RE Martadinata-Tuban, langsung
memasuki kawasan Jalan Teuku Umar. Mereka langsung bergerombol di
sekitar patung Letda Sucipto untuk menggelar aksi teatrikal. Tepat di
depan gedung DPRD Tuban.
Mereka langsung memasang topeng tokoh pewayangan Punokawan, sebagai
bentuk plesetan terhadap komisi Dewan. Yakni Komisi Togog, Komisi
Petruk, Komisi Bagong, Komisi Gareng dan Komisi Semar. Hal itu sebagai
bentuk protes karena selama ini DPRD Tuban mereka nilai mudah disuap.
Tampak pula tokoh investor besar dan cukong proyek dalam aksi
tersebut.
Perilaku Punokawan tersebut menggambarkan betapa tingkah laku para
anggota dewan telah jauh dari memperjuangkan kesejahteraan masyarakat.
Lebih dari itu hanya memperkaya diri dengan menerima segala bentuk
suap dari investor. Â Tujuannya untuk memuluskan perijinan pembangunan
pabrik semen, tanpa memperhatikan dampak lingkungan.
Aksi kemudian diakhiri dengan pembakaran tas yang dibawa investor.
Seorang pengunjuk rasa yang juga berperan sebagai gambuh kesenian Kuda
Lumping, melecutkan cemetinya ke tas yang terbakar. Harapannya
investor lari dan terusir dari Tuban.
Kordinator aksi, Edy Toyibi, saat ditemui wartawan menyatakan, aksi
tersebut adalah aksi penolakan untuk eksploitasi yang dilakukan PT
Holcim karena perusahaan ini akan mengeksploitasi lingkungan di Tuban.
Sedangkan yang akan ditimbulkannya adalah kerusakan lingkungan.
“Pembangunan satu pabrik semen tidak hanya satu sumber daya alam,
namun disertai eksploitasi sumber lain di bawahnya. Diantaranya,
lempung, batubara, pasir dan lainnya, ini akan berdampak pada
kerusakan lingkungan,†kata Edi Toyibi.
Dia pun menyarankan, agar Holcim pindah ke wilayah Indonesia Timur
karena potensi alam di Jawa telah padat. Disana juga potensi tanahnya
lebih luas dan lebih potensial untuk industri.
“Holcim jangan memaksakan diri, kami akan terus melawan,†tegas Edy Toyibi.
Dihubungi secara terpisah Comrel Project Tuban PT Holcim Indonesia
Tbk, Indriani Siswati, menyatakan, PT Holcim Indonesia Tbk melakukan
investasi sesuai dengan aturan hukum. Investor juga membantu
menciptakan peluang ekonomi lebih luas dan produknya untuk mendukung
pembangunan.
“Kita juga telah memiliki program penghijauan sebelum melakukan
penambangan, karena sudah jadi komitmen kami untuk menyelamatkan
lingkungan dari kerusakan. Buktinya PT Holcim Indoensia Tbk dua kali
menerima penghargaan proper emas dari Kementrian Lingkungan Hidup,â€
kata Indriani Siswati.
Ditambahkan, penghargaan itu diterima berturut-turut pada tahun  2010
dan 2011. Â Penghargaan itu sebagai bukti profesionalisme perusahaan
dalam mengelola lingkungan.
“Yang terpenting bagaimana kita mengelola lingkungan dengan baik,
sehingga eksploitasi yang dilakukan tetap tidak sampai menimbulkan
kerusakan lingkungan. Itu yang telah menjadi komitmen kami dimanapun
dalam melakukan investasi,†tegasnya.
Sedangkan tentang tuntutan aktivis agar Holcim pindah ke Indonesia
Timur, Indriani Siswati menyatakan, pihaknya telah melakukan berbagai
survei lokasi untuk melakukan investasi. (*)