Geliat Warung Pangkon di Pasar Agrobis Babat

pasar babat

Jasa kenikmatan syahwati tampaknya masih marak di pinggir kota. Warung Pangkon pun menjadi ajang transaksi seks komersial.  

KEMEGAHAN pasar Agrobis Semando Babat masih dicemari dengan praktik jual beli birahi. Bila malam turun keramaian pasar yang berlokasi di Desa Plaosan, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur ini menawarkan warna lain dengan transaksi jasa nikmat. Warga setempat menyebut Kopi Pangkon.

Walau pihak aparat polisi setempat telah berulangkali mengoperasi  praktik ini, namun hingga saat ini prostitusi terselubung tersebut masih marak terjadi. Kopi Pangkon bagai ikon bagi penikmat dunia malam di pasar agrobis tersebut. 

Bermula dari para penjual minuman kopi yang rata-rata berjualan secara lesehan menggelar tikar. Mereka rupanya juga menyediakan penjaga wanita muda berdandan menor. Tentunya dengan pakaian seksi pula.

Para penikmat kopi tak hanya mencecap hangatnya secangkir kopi.  Mereka juga bisa mereguk kemolekan raga penjaga warung kopi, yang suka minta dipangku pengunjung. Dari sini kemudian transaksi pun mengalir. Setelah warung kopi tutup, pengunjung bisa membawa para penjaga warung kopi tersebut.

Baca Juga :   Demi Nyawa Anggota Arahkan Peluru di Kepala

Saat kegiatan prostitusi gelap itu semakin merajalela, sebenarnya pihak aparat keamanan setempat, dari satpol PP Kecamatan Babat, aparat keamanan pasar (Satpam), perangkat desa, dan Karang Taruna Desa Plaosan, telah bertindak tegas dengan rajin melakukan razia. Upaya yang dilakukan tersebut terbukti berhasil dengan tidak adanya kegiatan kopi pangkon. Para pemilik warung kopi tidak lagi memiliki pelayan seksi.

Seiring perjalanan waktu, ibarat pepatah “Hangat-hangat Tai Ayam” upaya aparat keamanan tersebut tidak dilakukan kontinyu. Satu dua pemilik warung kopi mulai berani menyediakan jasa pelayanan plus lagi.

“Memang tidak sevulgar dulu. Para PSK (Pekerja Seks Komersial)-nya sekarang berpakaian lebih rapi. Tapi mereka masih beroperasi menjerat lelaki hidung belang, “ ujar Topa yang mengaku biasa menikmati kehangatan wanita penghibur tersebut saat ditemui di Pasar Agrobis Babat, Selasa (13/11/2012) malam.

Para PSK yang beroperasi di Pasar Agrobis, rata-rata berusia belia. Mereka masih di bawah 20 tahun. Menurut sepengetahuan Topa para PSK itu merupakan pindahan dari pasar burung lama di kota Lamongan. Tarif yang dibandrol berkisar Rp200 ribu hingga Rp300 ribu.

Baca Juga :   Saat Jemari Gita dan Ugik Menari di Workshop Aksi Generasi Iklim

“Kalau dulu chek in-nya bisa di sekitar Babat tapi sekarang mereka (para PSK) mintanya diajak kencan di Tuban atau Lamongan. Kalau chek ini  di hotel sekitar Babat  mereka takut digerebek aparat keamanan,” ujar  lelaki bertubuh kerempeng tersebut.

Jika praktek warung kopi tidak ingin kembali menjamur, tentunya pihak aparat keamanan harus segera melakukan tindakan preventif.  Sayang jika pasar  yang nilai pembangunannya mencapai Rp52 miliar yang diresmikan Bupati Lamongan, Masfuk, tanggal 27 Juli 2010 lalu itu, lebih populer sebagai tempat transaksi seks. Dan, Warung Pangkon pun masih menghangatkan geliat malam di pasar agrobis Babat. (totok martono)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *