SuaraBanyuurip.com – Totok Martono
Lamongan – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan, Jawa Timur menargetkan 27 kecamatan yang tersebar ada diwilayah tersebut memiliki bank sampah. Program itu dalam rangka menyukseskan program Lamongan Green and Clean (LGC) tahun ke tiga yang tengah dilaksanakan di Lamongan.
“Masing-masing kecamatan tahun ini ditargetkan ada satu Bank Sampah. Paling tidak tahun ini harus terbentuk 182 Bank Sampah yang professional,” ujar Kepala Badan Lingkungan Hidup (KaBLH) Lamongan, Sukiman saat membuka workshop LGC III yang bertemakan menuju lamongan merdeka dari sampah melalui bank sampah  di Ruang Sabha Dyaksa, Selasa (22/1/2013).
Menurut Sukiman, sesuai hasil evaluasi pemilahan sampah di Program LGC tahun lalu masih ada sejumlah titik yang belum memisahkan antara sampah organik dengan yang anorganik. “Saya berharap nanti semua sampah sudah terpilah sebelum diproses. Karena itu dalam program ini setiap kecamatan harus melibatkan satu RT untuk menjadi perintis LGC,† pesannya.
Dia mengungkapkan, dalam lomba LGC tahun ini ada beberapa katagori yang dilombakan. Yakni LGC pemukiman untuk tingkatan maju, berkembang dan perintis, Bank Sampah, Green School dan Green Office.
“Khusus untuk Lomba Green Office, kita (BLH) tidak akan ikut serta agar tidak menimbulkan polemik. Walau begitu kami akan mentata perkantoran sebaik mungkin,†ucap Sukiman menerangkan.
Dalam kesempatan itu, calon peserta LGC III diberikan pedoman teknis terkait materi penjurian dimasing-masing kategori. Diharapkan dengan pembekalan itu, Lamongan tahun ini  dapat memboyong Adipura Kencana.
“Penjurian LGC ini berlangsung fair. Mereka yang dinyatakan juara nantinya memang benar-benar pantas menjadi juara,† tegas dia.
Program LGC lewat partisipasi masyarakat di Lamongan diklaim sukses mengelola timbunan sampah hingga 25 persen atau 28,3 meter kubik. Sementara di tahun ini, LGC menargetkan timbunan sampah yang bisa dikurangi mencapai 40 persen.
Untuk diketahui, kesuksesan Lamongan di LGC II tahun lalu didukung peran serta 4.642 kader lingkungan. Bahkan partisipasi masyarakat sangat tinggi, mencapai sebesar Rp 2,320 miliar. Sedangkan nilai ekonomis dari pengelolaan Bank Sampah berupa sampah kering mencapai Rp 245 juta dan Rp 177 juta untuk sampah basah.
Tingginya partisipasi masyarakat itu ditunjukkan dengan munculnya berbagai inovasi. Diantaranya dengan adanya waste water treatment, atau perangkat pengelola air limbah, di 20 RT. (tok)