SuaraBanyuurip.com – Ririn Wedia
Bojonegoro -Â Meski warga Bojonegoro mengetahui keberadaan potensi minyak dan gas bumi (Migas) yang terkandung di Bumi Angling Dharma, namun banyak yang belum mengetahui secara pasti bagaimana Pemkab setempat mengelola dana dari sektor migas itu.
Salah satu warga Desa Kasiman, Kecamatan Kasiman, Syamsuri, mengaku telah mengetahui kekayaan alam yang tidak bisa diperbaharui tersebut dari berita lokal maupun nasional. Meski begitu belum mengetahui secara pasti apa hasil yang telah diberikan dari anugerah Tuhan tersebut.
“Ya sempat mengirimkan pesan pendek kepada Bupati Suyoto untuk menanyakan hal tersebut,†kata pria yang berprofesi sebagai pedagang ini.
Dia mengungkapkan, jika memang Bojonegoro kaya akan minyak apa saja yang akan dilakukan oleh Pemkab Bojonegoro untuk mensejahterakan rakyatnya. Apalagi bila mengingat banyaknya pemasukan yang didapat dari proyek migas tersebut.
“Kalau kaya minyak, kenapa masih terkena dampak dari kenaikan bahan bakar minyak ya? Seperti kenaikan sembako dan lain sebagainya,†katanya.
Pertanyaan tersebut sama dengn pertanyaan beberapa warga yang sempat diucapkan pada setiap acara Dialog Jumat di Pendapa Malowopati Pemkab Bojonegoro, dan langsung mendapatkan tanggapan dari Kang Yoto, sapaan akrab Bupati Bojonegoro Suyoto.
“Tahun lalu kita menerima Dana Bagi Hasil migas sekitar Rp450 miliar, tahun depan bisa naik bisa turun,†kata Suyoto kepada Suarabanyuurip, Senin (08/07/2013).
Dia jelaskan, jika jumlah tersebut tergolong cukup besar bahkan bisa naik meskipun sedikit demi sedikit. Ketika puncak produksi migas di Blok Cepu, uang dari DBH tersebut diperkirakan akan mencapai Rp1,5 triliun yang didapat daerah.
“Semua duitnya dipakai untuk yang bisa membuat rakyat Bojonegoro punya pendapatan, tapi duitmya tidak boleh dibagi-bagi,†tandasnya.
Dia tambahkan, jika duit yang didapat dibagi-bagi secara perorang maka akan habis terpakai dan sia-sia. Jika duit tersebut digunakan untuk pembangunan, sedikit banyak akan memberikan manfaat. Misalnya digunakan unttuk membangun embung.
“Kalau kita bangun seribu embung, maka akan ada peluang yang biasanya sekali tanam, padi nanti bisa dua kali itu ada sekitar 5.000 hektar dari yang dihasilkan,†katanya.
Dia tambahkan, jika sekarang dilakukan pembangunan Waduk Gongseng, akan bisa menutup potensi air dari Waduk Pacal yang selama ini airnya tinggal separo. Sehingga potensi air Waduk Pacal yang hilang akan dapat dikembalikan lagi sekitar 44 juta kubik, maka akan ada peluang 16 ribu hektar lagi yang bisa panen padi sebanyak dua kali.
“Berarti ada sekitar seratus ribuan ton padi yang dihasilkan,†tegasnya.
Dia menekankan, banyak strategi yang sudah disiapkan oleh Pemkab untuk bagaimana mengelola DBH migas demi kesejahteraan masyarakat luas. (rien)