Fenomena alam muncul di sumur tua Trembul. Salah satu titik sumur di Ngawen ini memuntahkan minyak mentah sendiri.
Sumur tua nomor 23 Trembul yang ada di Dukuh Karangmojo, Desa Talokwohmojo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, Jawa Tengah punya potensi besar untuk dikelola. Potensi itu terlihat paska blow out (dorongan dari bawah) di awal bulan Oktober 2013 lalu.
Setelah blow out, sumur tersebut hingga kini terus mengeluarkan minyak mentah dengan sendirinya. Potensi ini mempermudah pengelolanya, yakni Koperasi Putra Bhayangkara.
“Tentu ini menjadi berkah tersendiri bagi kami,” ujar Ketua Koperasi Putra Bhayangkara, Joko Prasetyo pada Suara Banyuurip.
Berkah itu, menurut Joko, karena koperasinya tidak perlu mengeluarkan biaya apapun untuk eksploitasi minyak mentah dari sumur tua buatan Belanda tahun 1841, dan ditutup tahun 1941 itu.
“Tidak perlu menimbanya tanpa harus menggunakan media penyedot atau alat penambang, minyak mentah bercampur air itu sudah mengalir dengan sendiri ke bak penampungan,” ungkap Joko.
Jumlahnya tak tanggung-tanggung. Setiap harinya sampai 3 tangki yang dikirim ke Pusat Penampungan Produksi Minyak Mentah di Menggung, Karangboyo milik Pertamina Asset 4 Field Cepu. Setelah dipisahkan minyak mentahnya dengan air, maka tiap harinya 3 tangki volume 5.000 liter itu langsung dikirim ke Pertamina.
Joko menjelaskan, bahwa sumur 23 Trembul ini dalam pengelolaannya bekerjasama dengan PT Sarana Patra Jateng (SPJ) yang notabene sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Jawa Tengah. Perusahaan ini secara legal memiliki rekomendasi ijin kemitraan dalam pengusahaan produksi sumur tua dari PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) di lapangan Trembul yang berada di Kecamatan Ngawen.
Dia ungkapkan, awal mula terjadinya blow out minyak mentah ini terjadi secara tiba-tiba. Sebenarnya sumur tersebut baru dibuka tanggal 22 September 2013 lalu.
“Begitu jobinnya kita pancing menggunakan pipa langsung menyembur lumpur dan minyak mentahnya,†jelas Joko.
Dimintai tanggapan secara terpisah, pemerhati perminyakan di Blora, Bambang Sadewo, mengatakan, sangat beruntung kelompok penambang tradisional tersebut. Menurutnya, penyebab terjadinya blow out setelah pipa utama sumur dibuka yang mengakibatkan semburan lumpur bercampur minyak mentah tersebut.
“Untungnya semburan itu kandungan mayoritasnya bukan gas melainkan minyak mentah. Jadi tidak membahayakan bahkan menguntungkan penambang,” katanya.
Menurut Bambang dorongan itu merupakan kejadian luar biasa, karena penambang tidak perlu pompa angguk atau alat penambangan lainnya untuk memuntahkan minyak.
Pria yang pernah sekolah di bidang perminyakan itu menambahkan, paska berhentinya semburan crude oil atau minyak mentah, bila mau dilanjutkan proses eksploitasi minyak mentah di dalam sumur perlu dilakukan pengurasan.
“Pengurasan itu untuk membersihkan pipa utama sumur agar bersih dari lumpur maupun material penyumbat lubang pipa lainnya. Sehingga saat dilakukan penimbaan bisa langsung ke titik cadangan minyaknya,” ungkap Bambang. (ali musthofa)