SuaraBanyuurip.com – Athok Moch Nur Rozaqy
Bojonegoro-Momen Hari Guru yang ditetapkan pemerintah setiap tanggal 25 Nopember, tampaknya, belum menjadi hari spesial bagi guru honorer dan berstatus swasta. Nasib mereka masih banyak yang memperihatinkan.
Sebagaimana yang dialami guru swasta di lokasi proyek migas Lapangan Banyuurip, Blok Cepu. Dalam satu bulan mereka hanya mendapat Rp300 ribu.
“Sebenarnya cuma Rp100 ribu tetapi saya tambahi lagi Rp.200 ribu,” kata salah satu pengelola yayasan sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa Katur, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Rifa’atul Khumaidah kepada  suarabanyuurip.com, Selasa (25/11/2014).
Dia mengaku, meski gemerlap industri migas dengan banyaknya perusahaan di sekelilingnya tidak bisa merta turut membantu sektor pendidikan. Jangankan kesejahteraan, untuk pembangunan infrastrukstur dan fasilitas sekolah saja masih minim.
Perempuan berjilbab ini mengau pernah berupaya mengajukan bantuan ke sejumlah perusahaan migas tidak diindahkan. “Pernah mencoba mengajukan bantuan tapi tidak ada respons sampai sekarang,” aku Rifa’atul.
Kendati begitu, hal itu tidak menghentikan langkah juangnya di dunia pendidikan. Dia bersama dua orang guru lainnya tetap mendidik anak-anak diusia dini. “Penuh perjuangan, Mas. Kuat tidak kuat harus dijalani,” imbuhnya.
Dia menjelaskan untuk jumlah murid sekitar 35 anak dengan menggunakan metode sesuai kurikulum yang ditetapkan pemerintah.
“Rata-rata anak dari warga lokal, kami ikhlas mendidiknya demi masa depan mereka,” tutur ibu satu anak ini.(roz)
Â