SuaraBanyuurip.com – Ririn Wedia
Bojonegoro – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bojonegoro, Jawa Timur, mewacanakan penghentian pemboran Sumur Pad B Lapangan Sukowati, Blok Tuban, di Desa Ngampel, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, karena lokasinya berdekatan dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tipe B di Jalan Veteran.
Wacana itu muncul setelah terjadinya tragedi bau tak sedap menyerupai telur busuk dari Skw 21 Pad A di Desa Campurejo, Kecamatan Bojonegoro, Jum’at (24/4/2015) malam lalu, yang mengakibatkan puluhan warga Ngampel merasa pusing, mual, dan muntah-muntah, hingga terpaksa evakuasi. Ditengarai, mereka keracunan gas dari aktifitas pengukuran yang dilakukan di sumur tersebut.     Â
“Adanya kebocoran gas di pad A saja sudah berakibat fatal seperti sekarang ini, apalagi kalau RSUD nanti diaktifkan,” ujar Wakil Ketua Komisi A DPRD Bojonegoro, Anam Warsito kepada suarabanyuurip.com usai melakukan sidak di Pad A, Senin (27/4/2015).
Untuk membahas masalah tersebut, rencananya Komisi Dewan yang membidangi masalah hukum dan pemerintahan itu akan mengundang operator migas Blok Tuban, Joint Operating Body Pertamina – Petrochina East Java (JOB P-PEJ), Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dan Badan Lingkungan Hidup (BLH).
Anam menjelaskan, apabila RSUD Tipe B tetap dipaksakan dioperasikan maka akan membahayakan pasien. Hal ini karena, jarak antara pengeboran di Pad B dengan rmah sakit yang saat ini sedang direnovasi hanya 200 meter.
“Bayangkan saja, jika rumah sakit itu dioperasikan kemudian terjadi insiden atau keadaan darurat seperti di Pad A, sementara pasien itu orang yang sakit, pasti akan susah mengevakuasinya,” tegas Anam, masuk akal.
Oleh sebab itu, pihaknya akan melakukan diskusi untuk mengantisipasi bagaimana agar situasi membahayakan tidak terjadi. Atau bila perlu, kata Anam, supaya Pad B dinonaktifkan dan diganti dengan sumur yang lain.
“Ini sedang kita lakukan, mencoba komunikasi dengan operator dan SKPD,” tegas politisi Partai Gerinda itu.
Anam menyatakan, akan melihat protap sinergi antara operator dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro setempat agar tidak menimbulkan banyak korban pada saat terjadi insiden di lokasi pengeboran.
“Ya katanya sudah ada pelatihan bagi tenaga kesehatan, tapi pelatihannya bagaimana dan seperti apa akan kita tanyakan terlebih dahulu,” pungkasnya.(rien)