Investor Tunggu Kajian Resiko Bencana

SuaraBanyuurip.comTotok Martono

Lamongan- Ada tiga perusahaan besar yang sudah antri untuk mendirikan usaha penyedia air bersih di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Namun mereka masih menunggu data valid resiko bencana.

Menurut Asisten Tata Praja Setdakab Lamongan A. Farikh, tiga perusahaan itu berencana menggunakan air baku dari Sungai Bengawan Solo untuk konsumsi industri dan rumah tangga.

Namun mereka khawatir dengan ketersediaan air baku saat musim kemarau seperti ini.

“Karena itu diperlukan ada kajian ilmiah terkait kepastian kebencanaan kekeringan di sini,” kata Farikh saat Workshop Survey Kapasitas dan Teorifikasi Kabupaten/Kota di Ruang Pertemuan Sasana Nayaka, Selasa (22/9/2015).

Untuk meyakinkan investor agar segera mendirikan perusahaannya di Lamongan, Pemkab setempat segera memetakan lokasi bencana, survey kapasitas dan teorifikasi bencana di wilayahnya.  

Berdasarkan data yang ada saat ini, Lamongan memiliki dua bencana potensial, yakni banjir dan kekeringan. Secara geografis dan hidrologis, Lamongan dilewati Sungai terpanjang di Pulau Jawa sepanjang 68 kilometer.

Di satu pihak keberadaan Sungai Bengawan Solo ini membawa berkah ketika bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pertanian dan air baku. Namun di sisi lain juga membawa potensi bencana. Seperti bencana banjir yang rawan terjadi di Kecamatan Babat, Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Karangbinangun dan Glagah.

Sedangkan potensi bencana kekeringan terjadi di 10 kecamatan.  Sampai dengan Senin (21/9/2015)  kemarin, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamongan telah mendroping 350 rit air.

“Padahal Minggu lalu baru 265 rit di 5 kecamatan. Tapi sekarang terus meluas,”  kata Kepala Pelaksana BPBD Lamongan, Suprapto. (tok)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *