SuaraBanyuurip.com -Â
Kilang mini TWU memunculkan usaha ikutan bagi masyarakat sekitar. Salah satunya jasa transporter.Â
Pendirian kilang mini milik PT.Tri Wahana Universal (TWU) di Dusun Clangap, Desa Sumengko, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur turut mendorong denyut nadi perekonomian di tingkat lokal menjadi tumbuh berkembang. Tak hanya terciptanya lapangan kerja, namun juga memunculkan perusahaan turunan yang bergerak di bidang jasa transporter.
Beberapa perusahaan itu seperti PT.Artha Surya Jaya (ASJ), PT.Bahana Multi Tekhnik, PT.Java Multi Multamindo (JMM), dan PT.Sima. Hingga kini, perputaran roda bisnis kilang mini terus berjalan.
Sejumlah pengelola perusahaan transporter mengakui peluang bisnis di sektor hilir migas tidak kalah menjanjikan. Sebagaimana yang diungkapkan Direktur Utama PT.BMT, Budi Utomo.
Menurut dia, selama kebutuhan hasil olahan minyak mentah masih dibutuhkan, maka kegiatan hilir migas tetap berjalan.Â
“Sebenarnya bisnis hilir migas lebih menjanjikan. Masyarakat akan tetap butuh solar dan hasil olahan dari minyak mentah,” kata dia membuka perbincangan dengan suarabanyuurip.com, Kamis (14/1/2016) kemarin.
Budi mengaku bersyukur dengan adanya TWU di Desa Sumengko. Menurutnya, sejak perusahaan kilang mini tersebut berdiri, hingga sekarang keberlangsungan bisnis dan multipier effect (efek ganda) yang ditimbulkan masih dapat dirasakan masyarakat. Khususnya masyarakat lokal setempat.
Dia mendirikan PT.BMT pada tahun 2013 lalu setelah mendapat kepercayaan dari TWU untuk bekerjasama dalam bidang jasa transporter. Kepercayaan itu tidak lepas dari pengalamannya yang sebelumnya pernah menjalankan bisnis suplier solar dari olahan PT.TWU ke perusahaan di Bojonegoro pada tahun 2010 silam.
Selain mendapat kepercayaan, lanjut dia, PT.TWU juga memberikan kemudahan berupa permodalan secara tidak langsung. Artinya, PT.BMT mendapat akses permodalan melalui perbankan. Apalagi aspek permodalan biasanya kerap menjadi kendala utama dalam menjalankan usaha.
“Saat itu saya sempat memiliki CV kecil – kecilan. Awalnya saya cuma memiliki dua armada. Yang satu berkapasitas 5000 kiloliter (KL) dan satunya berkapasitas 6.000 KL,” ujar Budi.
Berkat kemudahan akses perbankan, bapak satu anak ini telah mendapat tambahan modal pinjaman dari BRI sebesar Rp9 miliar. Adapun jaminan yang diberikan merupakan dokumen kontrak kerjasama antara PT.BMT dengan PT.TWU.
Pada tahun 2013 itu pula dari tambahan modal tersebut kemudian dia gunakan untuk menambah armadanya sebanyak 10 truk tangki. Sedangkan untuk tahun 2015 ini dia telah menambah lagi armada sebanyak 5 unit truk tangki dengan beragam kapasitas. Mulai dari kapasitas 24 KL, 32 KL, dan 16 KL. Semua armadanya berplat nomor polisi S.Â
“Menariknya di situ. TWU sudah mendapat kepercayaaan dari perbankkan,” tutur Budi.
Sedangkan sistem kerjasama yang dilakukan, tambah dia, adalah jasa ongkos angkut. PT.BMT mendapat harga Rp105 per liter untuk jasa angkut hasil olahan minyak mentah. Minyak olahan tersebut dikirim di storage Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Dalam Sebulan PT.BMT mendapat pasokan sebanyak 5.543 kilo liter solar dari PT.TWU.
Budi menambahkan, perusahaannya tidak hanya bergerak dalam jasa transporter minyak saja. Namun juga niaga penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi dan produksi SRG HSD yang diolah menjadi tinner (bahan baku untuk cat).
Pria 32 tahun ini menjelaskan, untuk penjualan niaga BBM non subsidi pengirimannya sudah menjangkau hampir di Pulau Jawa. Â “Hampir daerah di semua Pulau Jawa kita kirim dari minyak olahan dari TWU. Karena kualitas minyak dari Lapangan Banyuurip yang dikelola TWU dinilai bagus,” imbuhnya.
Bisnis yang dilakukan PT. BMT juga telah menyerap tenaga kerja. Secara keseluruhan dia mempunyai 100 orang tenaga kerja. Mulai dari tenaga tekhnik, pemasaran, administrasi, termasuk sopir dan kenek.
Khusus sopir dia memiliki 40 orang dan 40 orang kenek. Sistem penggajian yang diberlakukan menggunakan dua cara. Bulanan dan borongan. Untuk borongan dia gaji di atas Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang berlaku saat ini yakni Rp.1,7 juta. Sedang kenek mendapat gaji Rp.950 ribu untuk sekali jalan.
“Yang borongan rata – rata bisa mencapai 25 kali jalan setiap bulan. Sedangkan untuk karyawan bulanan, setiap bulannya bisa mendapatkan upah Rp25 juta,†terang Budi.
Tidak hanya itu saja, semua sopir PT.BMT juga telah mendapat pelatihan guna meningkatan sumber daya manusia (SDM). Tidak kalah penting selalu mengedepankan aspek keselamatan agar dapat bekerja secara pofesional.
“Ada pelatihan juga baik untuk sopir atau karyawan lain. Biasanya dilatih tentang manajemen dan safety,” tuturnya.
Diakunya bisnis yang dijalankan mengalami peningkatan. Dalam satu tahun PT.BMT mampu memperoleh omset sekira Rp 8 miliar. Sedangkan keuntungan bersih sekira Rp900 juta per bulan.
 Dari bisnis ini, PT.BMT juga turut memberi kontribusi ke daerah melaui pajak PPN sebesar 10 persen. Menurut Budi, per bulannya dia membayar pajak sebanyak Rp500 juta ke KPP Pratama Bojonegoro.
“Pajak yang kita setorkan minim Rp500 juta – Rp.600 juta per bulan,” imbuhnya.
Hanya saja, dia belum bisa memastikan peningkatan pertahunnya. Sebab, semua tergantung pasokan produksi yang diperoleh PT.TWU dari Lapangan Banyuurip, Blok Cepu. Namun demikian dia optimis perusahaanya akan dapat berkembang.
Karena itu, penekanannya saat ini bukan pada soal keuntungan bersih yang didapat setiap bulannya. Namun bagaimana pengembangan memalui investasi aset perusahaan. Kemudian juga perputaran uang yang dikembalikan kepada bank. Â
Mengenai kendala yang dihadapi, Budi mengku relatif tidak ada masalah yang berarti. Kalaupun ada, kendala tersebut telah dia lalui pada saat awal mula merintis. Menurut dia, kendala yang dia hadapi boleh dibilang hampir sama yang dihadapai pengusaha disaat merintis usaha.
Jumlah aset yang dimiiki saat ini mencapai Rp20 Miliar lebih. Semua aset yang dimilki PT.BMT termasuk mencakup dari tiga bidang bisnis yang dijalankan. Yaitu, transportir, penjualan BBM Non subsidi, dan produksi tinner.
Lain halnya dengan PT. JMM. Perusahaan ini memang bergerak khusus dalam jasa transporter. Sebelum bekerjasama dengan PT.TWU perusahaan ini sudah berkecimpung dalam jasa pengirimiman menyak mentah.
Direktur Utama, Wahyu Tri Yuliantoro, menuturkan PT.JMM berdiri pada tahun 2010 silam. Sama halnya dengan PT.BMT, awalnya hanya memiliki 2 unit armada. Kemudian perusahaan ini memulai kerjasama dengan PT.TWU di tahun 2013.
Kendati demikian hal itu tidak menjadi kendala yang berarti untuk mengembangkan perusahaanya. Menurut pria asli Malang, Jawa Timur ini, salah satu keuntungan kerjasama dengan TWU adalah dibantu akses perbankan untuk menambah investasi perusahaan.
Hanya saja, untuk PT.JMM menggunakan modal milik Yayasan Sampoerna. Pada saat itu, JMM memiliki modal Rp5 Miliar. Namun karena mendapat kemudahan akses perbankan, perusahaanya mendapat pinjaman sebesar Rp3 Miliar.Â
Dari tambahan modal tersebut, secara berangsur dia gunakan untuk menambah jumlah armada. Sehingga sampai saat ini total truck tangki yang dimiliki PT.JMM sebanyak 14 armada. Rinciannya 11 unit berkapasitas 24 KL, 1 unit berkapasitas 8 KL, dan 1 unit berkapasitas 5 KL.
Sama seperti PT.BMT, bisnis transporter yang dijalankan PT.JMM adalah jasa angkut dengan harga Rp105 per liter. Mengenai peningkatan bisnis dari tahun ketahun, dia belum bisa memperkirakan. Sebab, semua tergantung pada jumlah produksi di kilang mini PT.TWU.
Meski demikian dia menyatakan perusahaanya akan dapat berkembang. Sebab, PT.TWU sendiri telah memberi keleluasaan bagi pengusaha – pengusaha lokal. “Selalu ada potensi untuk peningkatan,” sambung Wahyu dikonfirmasi terpisah.Â
Khusus untuk tenaga sopir yang bekerja di  JMM sebanyak 24 orang. Dia tidak menggunakan kenek karena dua sopir agar saling begantian.  JMM juga memberikan pelatihan untuk peningkatan kapasitas bagi para sopirnya. Terutama soal aspek keselamatan yang meliputi HSE dan manajemen. Sistem penggajiian dengan cara borongan. Sekali angkut, para sopir mendapat gaji Rp960 ribu. Dalam sebulan jasa pengangkutan minyak bisa mencapai 15 kali.
“Kalau dihitung gajinya bisa sampai Rp5 juta,” urainya.
Dalam sebulan JMM memperoleh pasokan minyak sebanyak 4.177 kiloliter untuk dikirim menggunakan armadanya. Dalam satu bulan, Â JMM mampu memperoleh omset sebesar Rp 700 juta. Berapa keuntungan bersihnya, dia belum bisa menyebutkan pastinya. Sebab, penekanannya bukan pada omset bersih akan tetapi perputaran uang yang juga harus dibayarkan ke perbankan.Â
Untuk aset yang dimiliki JMM sendiri saat ini sebanyak Rp11 Miliar. Dari bisnis yang dijalankan JMM juga memberi pajak PPN ke daerah sebesar Rp100 juta per bulan.
“Dari awal TWU selalu memberi kesempatan kepada pengusaha lokal yang berkeingnan untuk maju,” tuturnya.(atok moch nur rozaqy)