SuaraBanyuurip.com -Â Ali Imron
Tuban – Setelah memperoleh perawatan kesehatan di klinik Pad B Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java (JOB P-PEJ) hari Selasa (25/4) malam, kini kesehatan Sa’roni (33) mulai membaik. Pria asli Dusun Delik, Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, tubuhnya lemas dan kram kakinya, karena berasa di atas tower TI CPA Mudi kurang lebih 10,5 jam.
“Alhamdulillah tak lama diobati di klinik Pad B Roni mulai sehat lagi,” ujar Humas Polsek Soko, Andik, kepada suarabanyuurip.com, Rabu, 26 April 2017.
Setelah bisa berjalan, seketika itu Andik langsung mengantarkan Roni bersama istrinya Riska ke kediamannya yang berada di dekat Pad A Mudi. Hasil pemeriksaan medis, Roni hanya mengalami dehidrasi karena seharian tak mendapatkan asupan energi.
Untuk kondisi kejiwaan yang bersangkutan, Andik tidak dapat memastikannya. Hal ini sehat tidaknya jiwa seseorang, harus dibuktikan surat keterangan dari dokter atau rumah sakit.
“Secara fisik Roni sehat, kalau untuk jiwanya belum diketahui secara pasti,” jelas pria humanis tersebut.
Catatan Polsek Soko, Roni telah memanjat aksi tower CPA Mudi sebanyak tiga kali sejak 2013 silam. Aksi ini, ditengarai cukup meminta pekerjaan.
Sebagai warga ring 1 yang berijazah SMA, Roni dikenal baik dalam berhubungan di masyarakat. Setiap kali ada pertemuan di Balai Desa Rahayu tak sekalipun absen.
Sejak tahun 2014, ayah satu anak ini mahir memasak. Saat bekerja di salah satu vendor penyedia catering JOB P-PEJ, Roni menjadi koki paling handal.
Hanya saja seiring berjalannya waktu, masa kontrak vendor tempatnya bekerja habis. Lantaran membutuhkan pekerjaan untuk menafakahi keluarganya, tahun 2015 Roni sempat menghadang kendaraan catering.
“Akhirnya Roni dipekerjan menjadi flagman,” jelasnya.
Secara kedisiplinan, Roni tidak perlu diragukan lagi. Semangat bekerjanya sekaligus memperjuangkan hak masyarakat Rahayu dibuktikannya dengan terlibat aksi penuntutan kompensasi yang terjadi sejak pertengahan 2016 silam.
Sementara itu, keterangan dari istri yang bersangkutan, Riska, suaminya nekat memanjat tower karena terdesak kebutuhan ekonomi keluarga. Keluarga yang rumahnya berada persis sebelah selatan pagar Pad A ini, kesehariannya hanya mengandalkan kolam pancing ikannya.
“Itupun kalau rame lumayan, tapi kalau lagi sepi susah buat makan,” terang perempuan asli Kabupaten Bojonegoro ini.
Dia berharap pihak JOB P-PEJ memperhatikan nasib suaminya. Sebuah pekerjaan baginya, setidaknya cukup untuk mengganti kerugian akibat dampak kebisingan yang didengarnya selama 24 jam.
“Hanya minta dipekerjakan, apapun jenisnya akan dilakukan dengan prosedur yang berlaku,” pungkasnya.
Aksi nekat yang dilakukan Sa’roni ketiga kalinya ini, ternyata dimata manejemen dianggap masalah besar. Field Admin Superintendent (FAS) JOB PPEJ, Akbar Pradima, menegaskan perusahaan menyerahkan sepenuhnya kepada Kepolisian atas kejadian itu. Hal ini karena kawasan JOB PPEJ termasuk obyek vital (Obvit) Nasional.
Dia merasa menjadi korban, karena yang bersangkutan secara diam-diam menyelinap masuk. Meskipun demikian, pihaknya tadi masih fokus pada penyelamatan. (Aim)