Muhammadiyah Tak Marjinalkan Anak Punk

LDK Muhammadiyah

SuaraBanyuurip.com -  Ali Imron

Tuban- Ketika sebagian besar orang memarjinalkan anak-anak punk, tidak dengan Muhammadiyah. Melalui dakwah komunitas, Muhammadiyah mencoba merangkul mereka secara perlahan melalui hati ke hati.

“Melalui Lembaga Dakwah Khusus, Muhammadiyah yang merupakan gerakan dakwah mencoba merangkul adik-adik punk,” ujar Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tuban, Nurul Yakin, melalui pesan yang diterima suarabanyuurip.com, Minggu (4/2/2018).

Menurut dia, setiap manusia yang dilahirkan pasti memiliki potensi masing-masing, termasuk anak-anak punk. Ketika mereka punya wadah untuk menyalurkan potensi, ada harapan mereka menjadi produktif dan mampu berperan di masyarakat.

Melalui LDK PDM Tuban dan LDK PWM Jatim yang merupakan kepanjangan tanganuhammadiyah pada tingkatan pimpinan masing-masing, pihaknya mencoba memberikan support bagi anak-anak punk. Muhammadiyah yang merupakan gerakan dakwah yang berlandaskan teologi Al-Maun berusaha untuk memperhatikan mereka-mereka yang terpinggirkan. 

“Kaum yang termarjinalkan oleh sistem bukan menjadi alasan Muhammadiyah untuk vakum. Jika semua elemen agama ini meninggalkan mereka, maka bukan tidak mungkin mereka akan meinggalkan agama,” jelas Nurul.

Apalagi yang disiratkan oleh negara terhadap kaum marginal sampai hari ini belum pada konteks memanusiakan manusia. Masih banyak oknum-oknum yang menganggap kehadiran mereka hanyalah perusak suasana, perusak fasilitas umum, dan lain-lain.

“Masyarakat terlanjur menganggap anak punk sebagai anak anak yang dismoral. Padahal banyak sekali kegiatan anak-anak punk yang luput dari perhatian masyarakat, seperti kegiatan berbagi dengan sesama, peduli terhadap lingkungan, atau menjaga ketertiban umum,” ungkap Nurul.

Karena itulah, lanjut dia, Muhammadiyah berusaha untuk merubah pandangan masyarakat bahwa mereka juga bagian dari masyarakat. Ada kalanya dalam masyarakat itu baik dan buruk, tidak melulu bahwa yang buruk itu punk. 

“Tidak melulu yang baik itu bukan anak punk, bisa jadi anak punk juga baik,” tegasnya.

Dalam teologi al-maun, kata Nurul, memperhatikan mereka yang terpinggirkan secara sosial juga bagian dari memperhatikan orang miskin, miskin dalam arti sosial maupun dalam perspektif ekonomi. 

“Janganlah kita menjadi bagian dari kaum yang mendustakan agama, mari merangkul mereka yang secara sosial termiskinkan, jauh dari perhatian negara. Agama Islam harus hadir,” tutur Nurul.

Untuk itu lembaga dakwah khusus (LDK) mencoba hadir bukan sekedar mengajak dengan pendekatan agama saja, namun aspek sosial dan kesehatan. Penyalahgunaan narkoba oleh generasi muda mulai melemahkan bangsa ini. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Presiden Jokowi tentang Indonesia darurat narkoba.

“Pembinaan terhadap anak punk harus pelan-pelan, harapannya mereka tidak terjerumus ke dalam lingkungan narkoba,” sambung LDK PWM Jatim, Arifin. 

Dia menjelaskan, modus peredaran narkoba sangat beragam dan masif. Karena itu generasi muda harus sehat, karena bangsa asing hari ini menjajah bukan dengan kekerasan, tapi dengan soft power. Salah satunya melemahkan daya pikir melalui narkoba.

“Style boleh punk, tapi hidup harus tetap sehat,” ucapnya.

Dilain pihak, anak-anak punk ingin keberadaan mereka dianggap bukan sebagai perusak kedamaian. Banyak sekali kegiatan positif yang sudah mereka kerjakan, hanya saja tidak pernah diekspos ke masyarakat.

Salah satu anak punk yang mengikuti kegiatan LDKMu di Masjid Darussalam Tuban, Anip, ingin masyarakat menilai bukan karena pakaian. Pihaknya tidak pernah rusuh, dan berbuat onor. Kendati demikian, tiap kali ada yang rusuh dan onar, anak punk yang selalu jadi sasaran. 

“Tolonglah aparat keamanan membuka mata, jangan jadi buta demi kepentingan semata,” pungkasnya. (aim)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *