SuaraBanyuurip.com – Edi Suprarko
Bojonegoro – Sebanyak 38 mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keguruan Pendidikan Universitas Nahdhatul Ulama’ Sunan Giri (UNUGIRI) melakukan kunjungan industri wisata Desa Ringintunggal, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Sabtu (12/05).
Mereka di dampingi dosennya, Fetrika Anggraini dan Ita Aristia Saida. Para mahasiswa ini merupakan angkatan ke-38 mata kuliah kewirausahaan dan technopreneurship.
Kedatangan mereka disambut Kepala Desa Ringintunggal, Pandil, Sekretaris Ademos, A Shodiqurrosyad, Tim Pengelola Wisata Edukasi Batik Jonegoroan Desa Ringintunggal, dan pengusaha lokal, Hasyim.
Kepala Desa Ringintunggal, Pandil mengucapkan terima kasih kepada UNUGIRI yang telah berkenan berkunjung ke Desa Ringintunggal.
“Selamat datang di desa kami, semoga selama kunjungan industri banyak manfaat yang dapat diambil dari sini,” ujarnya.
Pengelola wisata edukasi, Prima Arista, menambahkan kedatangan mahasiswa ini adalah pertama kali sejak dibukanya wisata edukasi di Desa Ringintunggal.
“Jika sebelumnya adalah siswa Taman Bermain PAUD, TK, RA, SD, MI, saat ini kita kedatangan mahasiswa dari UNUGIRI,” ujarnya.
Selama di wisata edukasi di desa sekitar Lapangan Minyak Banyuurip, Blok Cepu, ini mereka akan sinau bareng desa wisata, kewirausahaan, kunjungan manajemen bisnis ke Pusat Inkubasi Bisnis (PIB) Ringintunggal, dan kebun agro jambu kristal.
Kemudian sinau manajemen Jalan Usaha Tani (JUT) oleh petani lokal dan manajemen usaha angkringan Joko Thole Karang Taruna Budi Rahayu, dan juga akan belajar membatik di wisata edukasi batik Jonegoroan Desa Ringintunggal bersama Iswatun, pemilik rumah produksi kristal jaya batik binaan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan Ademos.Â
“Semoga ini akan menambah wawasan dan pengalaman,” tambahnya.
Sekretaris Ademos, A Shodiqurrosyad, mengatakan inspirasi wisata edukasi ini dalah untuk keberlanjutan dari pembangunan desa. Pengembangan wisata edukasi ini sebagai proses mengubah kehidupan masyarakat desa dari kondisi yang rentan (vulnerable) menjadi keberlanjutan (sustainable).
“Semua ini kita mulai dari yang sederhana, yaitu potensi rumah produksi Kristal Jaya Batik yang kemudian dikonsep menjadi wisata edukasi,” jelasnya.
Para mahasiswa mengaku senang dengan kegiatan ini. Banyak inspirasi yang didapatkan dari sini, terutama membatik.
“Ternyata tidak semuda yang dibayangkan. Saya jadi semakin mengerti bahwa batik itu memang tidak terkira harganya,” ujar Muhamad Zamroni Hanif, salah satu perwakilan mahasiswa. (edi)